Diklat Tematik merupakan diklat pola baru yang mulai diterapkan oleh Kementerian Pertanian pada tahun 2016 ini secara serentak di seluruh Indonesia. Meskipun tetap dikelola oleh Balai Diklat yang berada dibawah Kemeterian Pertanian, namun diklat tematik beberbeda dengan diklat reguler yang pernah dilaksanakan sebelumnya. Kalau pada pola reguler, diklat dilakanakan di Balai Diklat dengan materi dan kurikulum yang telah ditetapkan oleh balai, maka pada pola tematik ini, tema, materi dan kurikulum disusun berdasarkan potensi pertanian di wilayah masing-masing dan dilaksanakan di tingkat Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) atau Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) tingkat kecamatan di masing-masing kabupaten/kota.
Dipilihnya BPP atau BP3K kecamatan seagai tempat penyelenggaraan diklat tematik ini, karena BPP atau BP3K merupakan kelembagaan penyuluhan pertanian yang langsung bersentuhan dengan masyarakat tani, sehingga dampak dari diklat ini juga dapat langsung dirasakan oleh petani. Materi dan kurikululum diklat tematik juga disusun bersama oleh balai diklat bekerjasama dengan Badan Pelaksana Penyuluhan kabupaten/kota, sehingga pola diklat seperti ini dinilai lebih efektif karena sesuai dengan kebutuhan masing-masing daerah.
Balai Diklat Pertanian Aceh atau yang dikenal sebagai BDP Saree sebagai satu-satunya lembaga diklat pertanian di provinsi Aceh juga sudah menerapkan diklat tematik ini pada tahun 2016 ini. Pada tahun ini BDP telah menyelenggarakan diklat tematik ini sebanyak 12 angkatan yang dilaksanakan di tingkat BPP atau BP3K pada 12 kabupaten/kota se provinsi Aceh yang dimulai pada bulan Mei 2016 yang lalu.
Dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh pihak BDP Saree bersama Badan Penyuluhan Kabupaten/Kota, ternyata pola diklat temaitik terbukti sangat efektif untuk mendukung kegiatan pendampingan, pembinaan dan penyuluhan yang dilakukan oleh ara penyuluh pertanian, karena tema dan materi diklat dengan pola ini memang sesuai dengan kebutuhan penyuluh di daerah mereka masing-masing.
Apalagi jika dikaitkan dengan program Kementerian Pertanian yang mefokuskan pembangunan pertanian pada pengembangan 7 komodiditi utama yaitu padi, jagung, kedele, bawang merah, cabe, daging (ternak) dan gula (Pajale Babe Dagu), keberadaan diklat tematik ini sangat mendukung keberhasilan program tersebut, karena memang disesuaikan dengan potensi wlayah masing-masing.
Sebagai contoh, untuk kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah yang potensi utamanya adalah hortikultura, maka diklat tematik yang di selenggarakan di daerah ini mengusung tema cabe merah, begitu juga dengan wilayah Pidie dan Pidie Jaya yang memiliki potensi besar dalam pengembangan padi dan kedele, maka tema yang diusung adalah teknis budidaya dan agribisnis padi dan kedele, demikian juga dengan kabupeten/kota lainnya.
Hal tersebut terungkap disampaikan oleh Kepala BDP Saree, drh. Ahdar, MP ketika menutup Diklat Tematik angkatan VII dan VIII, hari Sabtu (22/10/2016) lalu di BPP Nurussalam, Aceh Timur dan di BPP Kejurun Muda, Aceh Tamiang., sementara untuk angkatan IX sampai XII yang merupakan angkatan terakhir dari Diklat Tematik ini akan digelar di Aceh Jaya, Nagan Raya, Aceh Barat dan Aceh Barat Daya yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Melihat manfaat yang begitu besar dari penerapan pola baru diklat tematik ini, Ahdar juga sudah mengagendakan kegiatan serupa pada tahun 2017 yang akan datang, dengan jumlah angkatan lebih banyak dan menjangkau seluruh kabupaten/kota di provinsi Aceh.
“Dari hasil evaluasi kami selama pelaksanaan diklat tematik ini, kami menilai bahwa pola seperti ini sangat efektif dan bermanfaat, karena bisa langsung di aplikasikan oleh para penyuluh di wilayah kerja mereka, untuk itu kami akan melanjutkan pola ini pada tahun 2017 yang akan datang dengan jumlah angkatan yang lebih banyak dan menjangkau semua daerah di provinsi Aceh” ungkap Ahdar.
Lebih lanjut Ahdar menyatakan bahwa dengan pola tematik ini, ada beberapa keuntungan bagi daerah, kalau melalui diklat regular di Saree, alokasi peserta per kabupaten mungkin hanya 1-2 orang, tapi melalui pola tematik ini, satu kabupaten atau kota mendapatkan alokasi 1 kelas penuh (30 orang), dengan demikian peluang bagi penyuluh di daerah untuk mengikuti pelatitahn atau diklat menjadi lebih besar. Begitu juga dengan materi dan kurikulum, karena disusun bersama oleh pihak BDP dengan Badan Penyuluhan setempat dengan mempertimbangkan potensi yang ada di daerah itu, hasil dari diklat ini dapat langsung diaplikasikan oleh para penyuluh di wilayah kerja mereka masing-masing.
Meski demikian, diklat reguler yang diselenggarakan di BDP Saree juga tetap dipertahankan, karena ada beberapa diklat teknis maupun fungsional yang memang mengahruskan pelaksanaannya dib alai diklat seperti Diklat Dasar Penyuluh dan diklat fungsional atau teknis lainnya, lanjut Ahdar. Selain diklat tematik dan diklat regular, BDP Saree, dalam beberapa tahun terkahir juga sudah mulai menyelenggarakan diklat dengan pola kerjasama dengan balai diklat lainnya seperti Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi dan Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Ciawi.
“Pada prinsipnya, kami siap bekerjasama dengan pihak manapun untuk penyelenggaraan diklat pertanian, termasuk dengan kabupaten/kota yang ada di Aceh, karena kami memilki fasilitas diklat serta Widya Iswara yang cukup memadai” ungkap Ahdar.