Dengan konsep ini para pengunjung Kapung Kopi akan di ajak untuk larut dalam kehidupan sehari-sehari para petani kopi Gayo, mereka bisa melihat dan mempraktekkan langsung bagaiman menannam, merawat, memetik atau memanen, mengolah biji gelondong, sampai proses pembuatan bubuk kopi baik secara tradisinal maupun modern.
Di tempat ini pengunjung juga bisa menikmati lezatnya hidangan kuliner Gayo dalam suasana perdesaan yang asri, tentu ini akan membawa kesan tersendiri yang tidak mudah dilupakan, lanjut Syahril. Konsep kampung kopi yang ditawarkan oleh Dinas Perkebunan Aceh ini, peran masyarakat setempat yang akan lebih ditonjolkan, karena dengan konsep ini, masyarakat akan terlibat aktif sebagai pelaku utama dalam wisata agro ini, sementara pemerintah hanya berperan sebagai fasilitator untuk membantu kelangsungan wisata agro berbasis kopi Gayo ini.
Lebih lanjut Syahril menjelaskan, meskipun gagasan mengembangkan kampung kopi ini terkait dengan persiapan Penas ke XV dimana Aceh menjadi tuan rumah, namun konsep kampung kopi di Tebes Lues ini dirancang secara berkelanjutan, artinya pasca pelaksanaan Penas nantinya, kampung kopi ini tetap akan terus dikembangkan menjadi salah salah satu destinasi wisata andalan di dataran tinggi Gayo.
Fenomena back to nature yang saat ini menjadi tren bagi para wisatawan dalam negeri maupun macanegara, menjadi peluang untuk pengembangan konsep wisata agro berbasis partisipasi masyarakat ini.
Memicu tumbuhnya perekonomian masyarakat.
Konsep wiasata agro bertajuk kampung kopi yang akan dikembangkan di kampung Tebes Lues ini juga diharapkan akan memicu tumbuhnya industri kreatif sekala mikro di sekitar kampung kopi ini. Kedatangan para wisatawan ke desa ini secara kontinyu, akan merangsang tumbuhnya industri kerajinan dan cidera mata, juga industri pengolahan pangan dan hasil pertanian serta kuliner tradisional.
Jika konsep ini berjalan sesuai dengan rencana, tentu akan terjadi peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat secara signifikat, bukan saja bagi warga Tebes Lues tapi juga masyarakat di sekitarnya, ungkap Syahril.
“Bayangkan, untuk even Penas saja, kalau ada 20000 pengunjung datang ke desa ini, kemudian mereka membelanjakan uang mereka 500 ribu saja perorang, berapa uang yang akan berputar di desa ini, tentu ini peluang ekonomi yang sangat menjanjikan bagi masyarakat setempat, belum lagi jika setelah itu semakin banyak wisatawan yang tertarik untuk mengunjungi tempat ini” ungkap Syahril
![Gambar 3, Ir. Syahril. M Agri, sang empunya konsep Kampung Kopi Tebes Lues (Doc. FMT)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/09/10/ir-syahril-m-agri-dari-disbun-aceh-ditengah-kebun-kopi-di-tebes-lues-dengan-buah-yang-mulai-merah-57d387a924b0bdd83b276031.jpg?t=o&v=555)
Dalam kesempatan tersebut, Syahril juga mengharapka dukungan para awak media yang ada di dataran tinggi gayo untuk ters mempromosikan dan mempublikasikan program ini, supaya kampung kopi Tebes Lues lebih cepat di kenal di luar daerah bahkan luar negeri.
Untuk tahap awal ini Dinas Pertanian Aceh akan memfasilitasi pembangunan saung yang nantinya akan menjadi “kafe alam” di tengah-tengah kebun kopi milik petani setempat. Selain itu berbagai peralatan pengolahan kopi seperti peralatan pasca panen, mesin pengolahan bubuk (roasting machine) dan mesin espresso juga akan diserahkan kepada masyarakat untuk mendukung program ini.