Meski kesannya berlebihan, tapi itulah cara keluarga tuan rumah untuk 'memuliakan' keluarga besannya. Dan untuk menyediakan aneka menu idang meulapieh ini, tentu saja tuan rumah harus merelakan lima sampai tujuh juta rupiah, bahkan bisa lebih dari itu untuk memenuhi 'tuntutan' adat ini.Â
Karena hidangan eksklusif ini khusus buat keluarga inti, maka rombongan pengantar mempelai yang jumlahnya bisa mencapai ratusan orang, dipersilakan untuk mencicipi hidangan yang sudah tersedia di meja prasmanan. Itupun juga membuat biaya untuk sajian prasmanan menjadi ekstra, karena selain untuk menjamu para undangan, juga disediakan bagi rombongan pengantar pengantin.
Tapi jangan lupa, salah satu yang menyebabkan Aceh menjadi daerah istimewa adalah karena adat istiadatnya, dan salah satu bagian terpenting adari adat ini adalah adat pernikahan ini. Itulah sebabnya, meski zaman sudah berubah, sentuhan teknologi sudah menyusup sampai ke pelosok-pelosok desa, namun adat perkawinan yang lumayan mahal ini masih terus bertahan sampai sekarang, nyaris tidak keinginan untuk merubahnya.Â
Meski bagi kalangan tertentu, adat pernikahan ini sangat memberatkan, tapi tidak ada seorangpun yang menafikannya apalagi menentangnya, karena adat itu memang sudah melekat dalam kehidupan masyarakat aceh secara turun temurun.Â
Ya, meski di era globalisasi ini, kesannya prosesi adat seperti itu sudah out of date, tapi justru keunikan seperti inilah yang membuat budaya bangsa kita menjadi 'kaya', dan inilah yang tidak dimiliki oleh bangsa lain di dunia. Uniknya adat pernikahan 'mahal' di Aceh ini juga yang membuat status keistimewaan tetap melekat di provinsi di ujung barat negeri ini, sebuah keunikan yang tidak akan dijumpai di daerah lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H