Kalau bicara tentang daerah di Indonesia yang memiliki adat perkawinan termahal, sudah pasti Aceh menjadi salah satunya, karena adat pernikahan di Tanah Rencong ini memang cukup “menguras” pundi-pundi keluarga calon pengantin. Nilai mahar atau mas kawin yang cukup tinggi adalah salah satu indikatornya, untuk saat ini mahar terendah bagi calon mempelai pria untuk bisa menyunting dara Aceh, khususnya di wilayah pesisir adalah 10 mayamatau 30 gram emas, karena di daerah ini memang hanya dikenal mahar dalam bentuk logam mulia tersebut.
Itu merupakan 'standar' terendah yang berlaku untuk keluarga kelas menengah ke bawah. Semakin tinggi status sosial dan status ekonomi seseorang, tentu semakin besar pula nilai mahar yang harus disediakan pihak keluarga calon pengantin pria.
Kalau kemudian ada yang bertanya kenapa bisa semahal itu mahar pernikahan di Aceh? Kebanyakan jawaban akan mengarah bahwa itu adalah 'tuntutan' adat yang sudah berlaku turun temurun. Jadi sangat sulit memang merubah mindset yang telanjur melekat dalam keseharian masyarakat Aceh selama berpuluh bahkan beratus tahun itu. Orang Aceh memang dikenal sangat menghargai adat dan tradisi mereka.
Tapi bukan hanya mahar yang cukup 'memberatkan', masih ada pernak-pernik adat yang juga butuh biaya yang tidak sedikit. Untuk prosesi mengantar mempelai misalnya, hantaran yang mesti disediakan oleh keluarga mempelai juga bisa membuat orang di luar Aceh geleng-geleng kepala. Untuk kategori yang sederhana saja, hantaran untuk mempelai perempuan nilainya bisa jutaan bahkan belasan juta rupiah. Setidaknya harus ada 12 atau 13 talam dengan tudung berhias yang berisi berbagai pernik mulai dari pakaian, perlengkapan kecantikan sampai kue-kue khas yang khusus untuk hantaran ini.
Kalau ditotal, nilai hantaran itu tidak kurang dari sepuluh jutaan bahkan bisa lebih, malahan sekarang sudah mulai ada Wedding Organizer yang melayani pesanan pernik hantaran ini secara paket dengan harga berkisar anatar 12 sampai 15 juta per paketnya. Jadi bagi keluarga calon mempelai yang tidak ingin direpotkan dengan menyiapkan segala pernik hantaran itu, cukup menghubungi penyedia jasa tersebut, tentunya dengan konsekuensi pengeluran budget yang lebih besar.
Tak cukup dengan mahar dan hantaran, untuk rombongan pengantar mempelai, pihak tuan rumah juga harus bersiap untuk merogoh kocek lebih dalam lagi. Selain harus menyediakan perangkat resepsi seperti tenda, pelaminan, sound system, dokumentasi dengan mengundang juru foto profesional dan kadang-kadang masih ditambah dengan shooting handycam. Untuk menyewa semua perlengkapan tersebut, pasaran sekarang tidak kurang dari sepuluh juta per paketnya, itupun untuk 'kelas' sederhana, belum lagi biaya untuk mencetak dan menyebar undangan
Pengeluaran 'ekstra' yang juga banyak menguras simpanan keluarga mempelai adalah menyediakan hidangan baik bagi rombongan pengantar mempelai maupun untuk tamu undangan. Untuk mengisi meja prasmanan saja, setidaknya seekor sapi harus 'direbahkan', sementara semua orang tau, harga sapi atau daging di Aceh, termasuk yang tertinggi dibandingkan dengan daerah lainnya. Untuk sapi ukuran sedang saja, harganya tidak kurang dari lima belas jutaan, sedangkan yang berukuran besar bisa mencapai dua puluh lima jutaan. Memotong sapi atau menyediakan daging saja tentu belum cukup, masih banyak yang harus disediakan untuk 'memuliakan' rombongan mempelai maupun tamu undangan. Berbagai masakan berbahan dasar ikan dan ayam juga sering kita lihat terhidang dalam perhelatan tersebut, masih ditambah lagi dengan dessert berupa rujak, cendol atau es buah, juga tidak ketinggalan kopi.
Idang meulapieh ini termasuk hidangan yang lumayan mahal, karena ini sering dianggap sebagai 'standar' penghormatan bagi keluarga besan. Mewahnya hidangan berlapis ini dapat dilihat dari menu yang memang serba istimewa, berbagai menu masakan daging seperti rendang, gulai Aceh, gulai putih, dendeng sampai sate terlihat menghiasi piring-piring kecil yang disusun bertingkat/berlapis itu.
Berbagai olahan ikan 'berkelas' seperti kerapu, kakap merah, tuna dan udang besar juga ikut 'menyemarakkan' hidangan itu, masih ditambah lagi dengan berbagai macam kue tradisional dan bermacam buah-buahan. Begitu juga dengan minumannya, tidak cukup semacam atau dua macam saja. Selain air mineral, juga ada teh, kopi, susu, cendol, rujak dan es buah, pokoknya sangat mewah. Bahkan bagi sebagian kalangan sudah dianggap berlebihan.