Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Zaini, Antar Kopi Gayo Juara 2 di Festival Kopi Nusantara 2016

4 Agustus 2016   12:05 Diperbarui: 5 Agustus 2016   00:02 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Harusnya kita yang menang Bang, karena selisih nilainyapun hanya sedikit sekali dengan juara pertama, lagipula dari segi aroma dan rasa serta kualitas, sebenarnya kopi kita jauh lebih baik” ungkap Zaini “Tapi saya tetap bersyukur, setidaknya melalui festival ini, kopi Gayo semakin dikenal oleh masyarakat luas, karena selama ini kita memang kalah dari segi promosi dan publikasi” lanjutnya sedikit mengeluh.

Ketika aku bertanya siapa yang menjadi juara dalam Festival Kopi Nusantara 2016 ini, Zaini kemudian membuka catatanya, dari catatan itu saya dapat melihat bahwa Juara I dalam festival ini diraih oleh tuan rumah Bondowoso, yang diwakili oleh Suyitno, petani kopi arabika di kawasan gunung Ijen, Sementara kopi Gayo yang diwakili oleh Zaini dengan kopi arabika organiknya, meraih juara 2, sedangkan posisi ketiga diraih oleh pendatang baru yaitu Pengalengan, Jawa Barat yang diwakili oleh CV Frinsa Agrilestari, sedangkan kopi Toraja dan kopi Mandailing yang sudah cukup punya nama, bahkan tidak meraih gelar juara.

Meski predikat juara 2 itupun sudah cukup membanggakan bagi para petani kopi Gayo, namun kekecewaan Zaini yang sudah bertahun-tahun berkecimpung dalam budidaya kopi Gayo ini bisa dimaklumi karena kulaitas kopi arabika Gayo memang sudah diakui dunia, tapi ini juga perlu menjadi bahan pemikiran bagi kita semua. Ketika kita di Gayo, seakan terlena dengan euforia specialty coffee yang sudah mendapat pengakuan dari Eropa dan Amerika, diam-diam daerah lain juga mulai membenahi kualitas kopi arabika mereka, lihat saja kabupaten Bondowoso yang kini terkenal dengan kopi Ijen nya, atau kabupaten Bandung yang kini mulai memperluas areal perkebunan kopinya, serta daerah penghasil kopi lainnya yang memang sudah ada sejak dulu seperti Toraja, Mandailing dan Bali. Jika kita terus terlena, bukan tidak mungkin kendali kopi arabika yang selama ini kita pegang, akan lepas dari tangan kita.

Sebelum berpamitan, Zaini sempat menitip pesan kepadaku untuk sering-sering menulis tentang kopi Gayo di media,

“Aabang kan sering menulis di media, tolong usahakan abang sering nulis tentang kopi di media, saya semakin menyadari peran media dalam publikasi dan promosi kopi setelah mengikuti festival kopi nusantara ini, kalao kita kalah di bidang publikasi, kita juga akan kalah di bidang lainnya” ungkapnya sedikit menggebu ”Coba abang bayangkan, Gunung Ijen di Bondowoso itu cuma punya lahan kopi 40 hektar, tapi mereka bisa begitu terkenal, itu kenapa? Semua karena mereka menguasai media” lanjutnya.

Apa yang disampaikan zaini ada benarnya, kita tidak boleh hanya terpaku pada proses budidaya, pengolahan dan pemasaran, tapi kita juga harus mampu menguasai media untuk mempromosikan dan mempublikasikan produk unggulan kita ini, karena tanpa media, kopi kita tidak mungkin akan dikenal kemana-mana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun