Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Idul Fitri Bukan Tradisi Unjuk Kemewahan

2 Juli 2016   12:53 Diperbarui: 2 Juli 2016   13:15 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasulullah SAW menganjurkan kepada ummatnya untuk membaca takbir, tahlil dan tahmid, mulai sejak berangkat dari rumah menuju tempat sholat Ied sampai dengan sebelum dimulainya sholat. Mebaca takbir tersebut disarankan dengan suara lantang dan bersama-sama, karena pada masa perjuangan nabi kita Muhammad SAW, gemuruh suara takbir dari ummat Islam pada waktu itu, mampu menggetarkan dan menciutkan nyali dari musuh-musuh ummat Islam yaitu kaum kafir dan musyrik.

Ada juga sebagian sahabat dan ulama yang menganjurkan takbir ini dimulai sejak malam hari raya, namun tidak ada anjuran untuk bertakbir keliling dengan kendaraan, apalgi kalau kesannya sampai mengganggu ketenangan dan ketenteraman. Namun jika dilakukan secara santun dan terkontrol dengan baik, tentu tidak ada salahnya, karena itu bisa menjadi bagian dari syiar agama, namun demikian mengontrol emosi massa yang jumlahnya ratusan bahkan ribuan itu bukan hal yang mudah. Jadi memang sebaiknya takbiran ini dilaksanakan di masjid atau mushalla.

Keempat, melaksanakan sholat Ied secara berjamaah.

Inilah yang sebenarnya menjadi inti dari perayaan Idul Fitri, seluruh ummat Islam berbondong-bondong menuju masjid atau tanah lapang untuk bersama-sama menjalankan ibadah sunnat mu’akkad yaitu sholat Idul Fitri. Disitulan jurang pemisah, pembatas status social dan kesenjangan antara si kaya dengan si miskin dihapuskan, dan memang itulah makna dari idul fitri yang berarti kembali ke fitrah, dimana akan timbul kesadaran bahwa derajat manusia di sisi Allah itu sama, hanya tingkat keimanan dan ketaqwaan sajalah yang membedakannya.

Kelima, memperbanyak sedekah.

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah menganjurkan kepada ummatnya untuk meilik jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang dari menjalankan shlat ied. Ternyata dalam himbauan Rasulullah tersebut tersirat pesan bahwa ketika kita melalui jalan yang sama ketika berangkat dan pulang dari sholat ied, yang akan kita lihat juga akan sama, tapi jika kita melalui jalan yang erbeda, mungkin kita akan melihat sesuatu yang berbeda. 

Pada masa Rasululullah, ketika beliau berjalan menuju lapangan tempat sholat Ied, beliau juga memperhatikan para fakir miskin di sepanjang jalan yang beliau lalui, dan momentum itu beliau mafaatkan untuk memperbayak sedekah kepada para dhuafa tersebut. Jika hanya melalui jalan yang sama, jumlah sedekah kita hanya satu kali, namun jika mengambil jalan memutar, volume sedekah kita juga akan menjadi dua kali lipat.

Selain anjuran bersedekah di sepanjang jalan yang dilalui saat berangkat maupun pulang dari sholat Ied, Rasulullah juga menganjurkan untuk berbagi makanan dan kebutuhan lainnya kepada mereka yang mebutuhkan, sehingga semua ummat Islam baik yang kaya maupun yang papa, bisa menyambut gembira kedatangan hari raya itu.

Keenam, mempererat tali silaturrahmi.

Momentum hari raya Idul Fitri juga menjadi momentum untuk mempererat tali silaturahmi baik dengan orang tua, sanak family, tetangga dan handai taulan. Disinlah yang kemudian dimaknai oleh sebagian orang untuk menyediakan makanan dan minuman special bagi para tamu, ya meski kita di sunnahkan untuk memuliakan tamu dengan makanan dan minuman, namun tidak mesti berlebihan dan memaksakan diri. 

Bahkan jika terlalu berlebihan akan menimbulkan riya dan kesombongan, dimana kemudian orang membandingbandingkan menu makanan yang tersaji dari satu keluarga ke keluarga lainnya,  perbedaan yang ada bahkan mungkin akan jadi sumber fitnah, dan itu yang harus kita hindari pada saat hati kita kembali kepada kesucian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun