“Apa, kurang? kamu nggak pernah lihat tivi ya? kan sudah dibilang harga daging nggak boleh lebih dari 80 ribu, kamu jangan coba-coba bikin harga sendiri” pria aneh itu meradang, si pedagang juga terlihat mulai “naik strum”,
“Hei mas, kalao nggak punya duit, nggak usah beli daging, bisa rugi saya” si pedagang mulai menaikkan volume suaranya, tapi itu justru membuat pria aneh itu makin marah, tanpa di duga dia segera mencekal tangan si pedagang, sementara tangan satunya lagi mengambil pisau pemotong daging, para pembeli yang kebanyakan ibu-ibu memekik ketakutan,
“Apa kamu bilang? Kamu mau tangan kamu ku potong?” kata pria itu marah, pedagang itu terlihat pucat, sementara pedagang lainnya mulai mendekat. Beberapa pedagang memberikan kode kepada pedagang tadi dengan meletakkan jari dalam posisi miring di jidat, pedagang itu segera paham, yang dia hadapi saat ini orang gila atau setidaknya stress,
“Baik, baik mas, silahkan ambil dagingnya dengan harga 80 ribu” kata si pedagang masih rada ketakutan, khawatir orang gila itu nekat melukainya. Pria aneh itu melepaskan tangan si pedagang dan meletakkan pisau di meja,
“He he he he, gitu dong, kalo jualan itu ikut peraturan, jangan seenaknya” pria stress itu tertawa-tawa sambil menenteng plastik dagingnya meninggalkan los daging.
Yu Marni masih berdiri kaku, kakinya tersa lemas pasca insiden tadi, matanya masih nanar menatap ke arah orang gila itu pergi, tapi sudah terlihat lagi. Seperti baru tersadar dari mimpi, Yu Marni segera beranjak keluar dari los daging untuk menghampiri Maman yang menunggu di parkiran,
“Sudah mbok belanjanya?” Tanya Maman, dia agak heran melihat wajah simboknya terlihat agak pucat “Simbok kenapa, sakit ya?”, Yu Marni menggeleng,
“Sudah, ayo pulang, jangan banyak tanya”, dan mereka pun segera meluncur untuk kembali ke rumah mereka.
Kang Husin agak terkejut melihat wajah istrinya agak pucat,padahal waktu pergi tadi pagi wajahnya ceria dan bersemangat,
“Ada apa to Ni, kok kamu pucat kaya orang sakit gitu” tanya Kang Husin penasaran, Yu Marni tidak segera menjawab, dia meraih gelas di meja lalu menuangkan air putih dari cerek, diminumnya beberapa teguk, sekarang dia terlihat agak tenag,
“Gini lo pak, tadi ada kejadian serem di pasar waktu akau beli daging” jelas Yu Marni setelah agak tenang, dia kemudian menceritakan knonologi kejadian di pasar tadi. Selesai Yu Marni menecritakan kejadian di pasar tadi, giliran Kang Husin yang terkekeh,