Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Melihat Dari Dekat “Komplek Perumahan” Kuda Gayo dan Uji Nyali Pejabat

7 September 2015   12:30 Diperbarui: 7 September 2015   13:02 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar. 2. Gaya Joki "Pemula" Muhammad Syukri

Pejabat pertama yang paling “gede” nyalinya hari itu adalah pak Muhammad Syukri, tanpa ragu diapun segera melompat ke atas pelana dibantu seorang pengasuh kuda, meski berbadan “bongsor” tapi aku sempat melihat kegugupan pak Syukri ketika sudah berada diatas kuda, pengasuh kuda yang seperti paham dengan “kode alam” itu kemudian menuntun kuda yang di naiki seorang pejabat itu mengelilingi race pacuan kuda yang sore itu terlihat agak becek karena baru saja diguyur hujan.  Cukup setengah putaran saja, kuda peranakan Austarlia dan Gayo atau sering disebut kuda Astaga itu mengantar pak Syukri menguji nyalinya, masih dengan bantuan pengasuh kuda, karena pak Syukri terlihat belum berani untuk “dilepas” sendiri.

Giliran kedua, pak Sekda, Karimansyah yang juga tidak mau ketinggalan uji nyali dengan kuda gede itu, seperti pak Syukri tadi, dibantu pengasuh kuda, pak kariamnsyah berhasil “bertengger” di punggung kuda, dan sebagai penunggang “pemula”, kuda yang ditunggangi pak Karimansyah pun tetap dituntun oleh pengasuh kuda. Pak Kariimansyah yang bertubuh agak ramping itu memang terlihat lebih “pede” di atas pelana kuda, meski masih terlihat agak gugup juga.

Gambar 3. Gaya pak Sekda di atas pelana kuda Astaga

Turun dari kuda, pak Karimansyah sempat bercanda “Ternyata naik kuda jauh lebih enak daripada naik Innova”, kelakarnya diiringi tawa teman-teman pejabatnya, aku juga ikut-ikutan tertawa, sekedar menunjukkan ke”gaul”anku. Sementara itu Jauhari yang ditantang oleh Riajluddin dan Abadi, nggak berani mencoba untuk menunggang kuda itu. Kalo pak Asisten III, pak Rijal dan Kadisbunhut, Abadi yang memang sudah lama jadi pemilik kuda-kuda pacu, sepertinya sudah terbiasa menunggangi peilharaan mereka itu. Aku sendiri juga ditawari untuk menjajal kuda itu, tapi aku menolak, bukannya takut tapi aku hanya tidak ingin “menyaingi” kedua pejabat itu, hehehe, kerena sewaktu kecil dulu, ketika masih tinggal di Magelang, aku sudah sering menunggangi kuda peliharaan kekekku.

Hari sudah semakin sore, sementara mendung dan gerimis masih terus mengguyur tanah Gayo, kami berempat berpamitan pada pak Rijal dan pak Abadi, dan mobil yang disupiri pak Jauhari segera meninggalkan lapangan pacuan kuda yang menjadi salah satu ikon pariwisata Aceh Tengah itu. Di tengah perjalanan pulan, kami sempat singgah sebentar di pondok “poles” nenas yang banyak berjejer di sepanjang jalan di daerah Pegasing itu, menikmati hidangan nenas Pegasing yang terkenal manis itu lengkap dengan bumbu rujak poles itu sepertinya bisa menghilangkan ketegangan pak Syukri dan pak Karimansyah usai menguji nyali mereka di lapangan tadi. Menjelang manghrib, mobil yang mengantarku pulang sudah berada di depan rumahku, aku segear turun sambil tersenyum kecut mengingat “kebersamaan tak tersengaja”ku bersama para pejabat hari itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun