Kelima, mahasiswa penulis opini bagi Musolli disimpulkan “Do Less Talk(Write) More” sedangkan mahasiswa aktivis demonstrasi disebut “Talk LessDo (Act) More”. Menanggapi kesimpulan sahabat saya tersebut, saya ingin mengutip bahasa Ahmad Sahidah dalam tulisannya yang bertajuk Menagih Janji Intelektual “Sejatinya kaum intelektual mempunyai tanggung jawab untuk menjadi mercusuar atas silang sengkarut masalah di negeri ini. Lebih jauh, mereka harus mewujudkan pemikiran menjadi tindakan, setidak-tidaknya memberi ilham kepada orang ramai untuk menerjemahkan gagasannya dalam kegiatan konkret (Jawa Pos, 3 April 2013)”.
Dalam tulisan tersebut Ahmad Sahidah juga mengutip padangan José FerraterMora, filsuf Catalan Spanyol, yang memahami sosok intelektual itu salah satunya adalah penulis. Karena itu, penulis yang ideal adalah mereka yang mampu mengaplikasikan semua gagasannya, kalau pun itu tidak bisa dilakukan, setidaknya seperti bahasa Ahmad Sahidah kaum intelektual (penulis) bisa memberikan ilham kepada masyarakat untuk menerjemahkan gagasannya dalam tindakan nyata.
Di akahir tulisan ini, saya hanya khawatir apabila mahasiswa apatis terhadap dunia kepenulisan. Karena bagaimanapun, menulis adalah salah satu ruh dunia kampus selain membaca. Prof.Nur Syam (Mantan Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya) pernah menegaskan, apabila dunia kampus kehilangan aktivias membaca dan menulis, maka kampus tersebut sudah kehilangan ruhnya sebagai dunia akademis.
Saya tidak dapat membayangkan, seandainya tidak ada penulis bagaimana nasib ilmu pengetahuan, mungkin sudah hilang semua. Penulis lah yang sampai hari ini terus menorehkan tintanya sehingga pengetahuan-pengetahuan yang ada di masa lalu masih bisa kita nikmati sampai hari ini. Dan penulis yang hebat itu lahir dari proses yang panjang, mahasiswa yang sedang belajar menulis adalah salah satu generasi penulis di masa depan yang akan terus menyambung ilmu pengetahun melalui torehan tintanya.
Saya pun tidak dapat membayangkan, seandainya tidak ada mahasiswa aktivis demonstrasi 1998, mungkin sampai hari ini bangsa Indonesia masih berada dalam belenggu Orde Baru. Perjuangan mereka telah mengantarkan bangsa Indonesia pada era reformasi yang telah membuka semua sekat-kekat kebebasan berekspresi. Dan mahasiswa penulis opini pun, turut andil melalui gagagasan yang ditulisnya dalam perjuangan mahasiswa 1998. Sehingga gerakan aksi demonstrasi mahasiswa dalam menuntut lengsernya Suharto bisa berjalan dengan baik. Sekarang kita sedang menikmati hasil perjuangan mereka, semoga kita bisa menjadi mahasiswa yang beradab, dengan kemapanan intelektual yang dimiliki. Amien!
Salam Mahasiswa!
Masduri
AktivisLaskar Ambisius, mahasiswa Teologi dan Filsafat fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H