Kamu tak aku puji, seperti dahulu waktu aku memujimu
Kamu tak lagi aku sanjung, seperti dahulu aku menyanjungmu
Indah raut wajahmu tak lagi aku kagumi, seperti dahulu aku mengagumi
Indah rambutmu kini tak lagi aku balai, seperti dahulu aku selalu membelaimu
Kamu adalah wanita yang dulu pernah menjadi yang pertama
kamu adalah wanita yang dahulu tiada yang melampauimu
Kamu wanitaku yang lebih dari apapun aku butuhkan di setiap langkah perjalalanku.
Namun kini, Semua keindahan, kecantikan dan kelembutan yang dahulu hanya miliku tak lagi hanya miliku.
Kini kau menjelma menjadi sosok yang di butuhkan oleh banyak hati
Hati hati polos yang selalu membutuhkan kelembutan hatimu
Aku yang tersaingi oleh hati hati mereka kini hanya bisa tersenyum dan merasakan bahagia lebih dari pujian yang terlontar
Aku yang kini tak lagi sendiri memiliki hatimu, meneteskan air bahagia yang tak sempat jatuh berderai karena beban yang harus aku panggul
Wanita ku, kini kau telah menjadi sosok yang termegah di antara kami para hati yang menyanjungmu
Menyanjung ketulusan cinta yang kau berikan kepada kami
Menyanjung tegarnya kesabaran yang kau berikan untuk mencurahkan segala perhatian kepada kami
Menyanjung betapa kuat tulang tulangmu untuk bekerja keras mengurus segala apa yang kami butuhkan.
Wanita ku, engaku wanita termegah yang tak dapat tergantikan oleh wanita wanita manapun
Wanita ku, terimakasih dari hati kami mewakili segala pujian, belaian dan kekaguman yang tak lagi dapat teraplikasikan.
Kami yang mencintaimu wahai wanita termegah
Suami dan anak anak mu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H