Mohon tunggu...
David Efendi
David Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat Kader Hijau Muhammadiyah

seorang warga biasa-biasa saja. Ingin berbagi sebagai bagian upaya memberikan arti hidup small act of Kindness. Pegiat Perpustakaan Jalanan Rumah Baca Komunitas yang memberikan akses bacaan, pinjaman buku tanpa syarat dan batas waktu. Belajar apa saja sebagai kontributor di www.rumahbacakomunitas.org

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demokrasi Dipersengketakan

1 April 2016   08:27 Diperbarui: 1 April 2016   08:38 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah gerakan sistematik menghabisi ke Indonesia an sejak diamandemen nya UUD 1945 dan kemudian lahirlah puluhan UU yang pro pesanan IMF, dan Para Taipan, maka kemudian kompas berbangsa dan bernegara kita serahkan pada kaum kapitalis. dan itu sebuah kenyataan yang tak terbantahkan.

Para Intelektual dan Politiskus seperti tikus, dan tidak jelas dan tidak mau mengerti apa itu Ke-Indonesia-an ."

Senada:

"NEGARA SUDAH TIDAK LAGI MENJALANKAN AMANAH PEMBUKAAN UUD 1945 , " Melindungi segenap bangsa dan Tanah Tumpah darah Indonesia "

"Quo Vadis !

Kembalikan negara kejalannya konstitusi yg benar sesuai amanah FF !!

Bongkar pasang demokrasi tdk akan menyelesaikan masalah kebangsaan tanpa memahami pembukaan & isi uud'45 yg autentik.

Amandemen uud'45 yg autentik tdk akan menyelesaikan masalah kebangsaan tanpa memahami amanat proklamasi 17-8-45.

Memahami amanat proklamasi 17-8-45 berarti memahami amanat penderitaan rakyat selama berabad abad terjajah oleh bangsa asing yg menghancurkan peradaban masy nusantara dg segala kekayaannya sbg anugerah Illahi..

Mengamandemen uud 45 tanpa referendum, disamping menghianati amanat founding father, mengingkari kepercayaan rakyat sekaligus memberi peluang penjajahan baru utk hadir kembali." 

Pandangan apatis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun