Mohon tunggu...
David Efendi
David Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat Kader Hijau Muhammadiyah

seorang warga biasa-biasa saja. Ingin berbagi sebagai bagian upaya memberikan arti hidup small act of Kindness. Pegiat Perpustakaan Jalanan Rumah Baca Komunitas yang memberikan akses bacaan, pinjaman buku tanpa syarat dan batas waktu. Belajar apa saja sebagai kontributor di www.rumahbacakomunitas.org

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

7 "Dosa" Toko Modern Berjejaring

15 Maret 2016   08:26 Diperbarui: 15 Maret 2016   08:40 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Atas nama regulasi dari pusat seeanknya sendiri membebani pembeli dengan harus membayar kresek 200 rupiah per kresek. Logika kacau berdalih ramah lingkungan. Kapitalis Selalu lebih licik dari pada penjaga Keamanan....Dan Kita Tak mungkin berdamai dengan Rampok yang menguras isi rumah Kita.

Ajakan ramah lingkungan ditipu pasar modern. Itu judul yang Bagus. Bagaimana kita tegakkan akal sehat adalah dengan jalan bahwa Kita tidak akan pernah berdamai dengan rampok yang menghabisi isi Rumah kita. Rampok itu pasar modern. Hari ini, kita saksikan mereka keruk uang rakyat dengan menjual kresek atas nama ramah lingkungan Dan aturan pusat. Perizinan mereka tipu, warga disuap, regulasi divandal dimana mana untuk mendirkan toko kok sekarang menegakkan regulasi ramah lingkungan dengan jualan plastik.

Coba kita hitung sja plastiik segitu 200 rupiah. Andai tiap mart ada 1000 org belanja tiap hr. Dan ber asumsi di slman sda 300 mart2. Maka belanja plastik = 200 rupiah x 1000 org. Jadi 200 000x30 hr= 6 jt
 Dikalikan 300 mart2= 1,8 m per bulan. Setahun=21,6 milyar utk belanja plastoik. Utk tiap kabup dgn asumsi 300 tmb. Hem beaya plastik sungguh besar dibebankan ke rakyat. Dan yg dpt untung toko2 itu. Harusnya sbg bentuk pelayanan toko2 itu yg harus nanggung. Malangnya desaku. Duitnya dihisap. Masih dibebani plastik Dan banjir plastik tetaplah ancaman.

Itulah, niat ramah lingkungan malah jadi Bahan mengeruk uang. Pemerintah bodoh, poebisnis licik. Ya ini! Kemarahan kita harus disatukan. Pengusaha Dan pemerintah, waspadalah jika rakyat marah.

Kemarahan itu terlihat dari status status di social media di Di Yogyakarta, beberapa Contoh misalnya:

2016 DIY Bebas Toko Modern Berjejaring. Ini Istimewa untuk Rakyat

TOKO MODERN BERJEJARING JANGAN HISAP DUITKU. PEJABAT KU JANGAN MENINDAS RAKYATMU.

KADESKU JANGAN GADAIKAN DESAKU. DENGAN IJINMU ke TOKO2 MODERN ITU.

BUPATIKU IJINMU UNTUK TOKO MODERN SUNGGUH MEMBUAT MISKIN RAKYAT SLEMAN

Pak Camat Yang Kucinta Jangan Kau Gadaikan Cintaku Dengan Ijin Toko Berjejaring Di Desaku# SRJ (sabda rakyat jogja)

Semoga Tuhan melindungi rakyat DI Yogyakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun