Mohon tunggu...
David Efendi
David Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat Kader Hijau Muhammadiyah

seorang warga biasa-biasa saja. Ingin berbagi sebagai bagian upaya memberikan arti hidup small act of Kindness. Pegiat Perpustakaan Jalanan Rumah Baca Komunitas yang memberikan akses bacaan, pinjaman buku tanpa syarat dan batas waktu. Belajar apa saja sebagai kontributor di www.rumahbacakomunitas.org

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa Kami Menolak Pasar Modern

13 Maret 2016   20:00 Diperbarui: 13 Maret 2016   20:52 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Semua saya serahkan ke warga kalau warga setuju syang monngo atau dilahkan"

inilah yang menjadi akar permasalahna kita sekarang yang dr tingkat bawah. Seolah olah rakyat pemilik warung saat ini tidak berdaya. Ini stetment semua kita kembalikan ke warga adalah bukti lemahnya pemerintah aturan tidak dapat di jalankan.

Membuktikan bahwa pemerintah atau negara tdk ada perlindungan atau negara tidak hadir di saat rakyat terancam akan menderita.

Seolah olah apabila TMB udah ada persetujauan warga pak rt dan pak rw , dukuh dan lurah sudah beres , TMB tersebut berlindung di bawah aturan yang selam ini membuktikan lemahnya pemerintahan dr tingkat desa samapi ke level bupati ke atas.

Kita tolak statement normatif pemerintah yang lemah dengan berkata "Ijin semua saya serahkan ke warga" apa bila ada yang masih spt itu pejabat, atau intansi negara. Bahwa telah membuktikan dan mengakui bahwa dirinya lemah dan tidak bisa melindungi hak sejahtera, di negara tercinta.

Tindakan Kecil Perlawanan

Menolak/melawan hegemoni swalayan modern berjejaring bukan hanya dapat dilakukan dengan seruan lisan, kampanye visual, ataupun tindakan - tindakan kolektif lainnya, melainkan bisa dilakukan secara individu dengan mengaplikasikannya dalam tindakan tindakan kecil keseharian manusia itu sendiri, salahsatunya dengan berbelanja dari produk yang disediakan oleh para pedagang di Pasar Tradisional dan/atau warung - warung tetangga untuk memenuhi kebutuhan harian maupun bulanan. Selain memberdayakan pedagang, interaksi asik hingga perdebatan tawar menawar antara pedagang dan pembeli bisa dijumpai disini.

Hal lain yang kerap dijumpai di pasar tradisional maupun warung tetangga yaitu para pedagang seringkali menyapa dengan mengatakan mari mas/mbak mampir, tidak beli tidak apa - apa, bagaimana bisa pedagang mempersilahkan mampir namun tidak meminta untuk membeli dagangannya, Ya, melainkan karena terjaganya hubungan batin kekeluargaan melalui interaksi sosial lebih tinggi dibandingkan dengan materi yang dihasilkan dari sekedar melakukan proses jual beli.

Inilah salahsatu alasan mengapa harus tetap mempertahankan dan Memberdayakan Pasar Tradisional ditengah gempuran Pasar Swalayan modern.

Akhirnya, sawah yg bersebelahan dengan mart2 juga beban pajaknya sawah ikut naik. Kalo tak kuat bayar pajak kata pejabat lokal orang disuruh jual sawahnya Kepada pemodal.

Jelas kan itu masalah besar. Kita tinggal satu kesempatan satu harapan para ulama yg baik. Yaitu haramkan musuh rakyat desa , musuh tani, musuh kaum miskin, musuh mahasiswa. Musuh kemanusiaan. Tanggapkah kaum ulama kita? Tak perlu menunggu harus bergerak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun