Mohon tunggu...
Masdarudin Ahmad
Masdarudin Ahmad Mohon Tunggu... PNS -

"Merasa, Maka Menjadi"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rajab

24 April 2015   16:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:43 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rajab adalah bulan mulia. Masyarakat Melayu menghormati bulan ini dengan memperbanyak amal dan ibadah sunnah. Sebaliknya, masyarakat Arab, khususnya pemerintah Arab Saudi menumpahkan darah warga negara tetangganya, syi'ah houti di Yaman.

Anehnya, ada ulama yang mengatakan amalan masyarakat Melayu di bulan Rajab ini adalah bid'ah. Katanya, hadist yang dijadikan sandaran adalah dha'if, bahkan maudhu'. Tetapi pendapat para ulama itu tidak merisaukan masyarakat Melayu. Mereka tetap menjalankan tradisi budaya di bulan Rajab seperti biasanya.

Masyarakat Melayu hanya risau dengan peperangan di bulan Rajab. Dimana, Arab Saudi yang katanya berpegang teguh kepada alQuran, memerangi kelompok syi'ah Houti di Yaman. Bahkan komplek KBRI ikut terkena bom dan hancur. Bukankah Tuhan jelas melarang berperang di bulan Rajab yang mulia ini?

Menurut masyarakat Melayu, juga yang lain, Bulan ke-7 dari 12 bulan yang dihitung berdasarkan peredaran bulan, adalah salah satu dari empat bulan mulia, haram. Tuhan yang dimuliakannya. Keempat bulan itu: Zulqaidah, Zulhijah, Muharram dan Rajab.

Khusus di bulan Rajab ini, masyarakat Melayu mengadakan peringatan seremonial Isra' Mi'raj. Yaitu peristiwa nabi memenuhi panggilan Tuhan, dan menghadapNya di Sidratul Muntaha. Itulah peristiwa menjemput sembahyang lima waktu. Dan untuk menghormati bulan ini, masyarakat Melayu semakin rajin berpuasa sunnah, bersembahyang sunnah, dan bersedekah sunnah atau berkenduri.

Kenduri atau sedekah sunnah yang dilaksanakan masyarakat Melayu sangat terkait dengan peristiwa seremonial Isra' Mi'raj. Dan di bulan inilah, hewan dipotong dan bahan makanan dimasak untuk mengundang makan bersama sanak famili, saudara mara, fakir miskin, handai taulan dan para tetangga.

Seperti biasa, sebelum menyantap makanan, alQuran dibaca dan do'a dimohonkan kepada yang Maha Pemurah, Tuhan. Khusus di bulan Rajab, biasanya akan dilaksanakan ceramah seputar peristiwa Isra' Mi'raj, yang intinya kewajiban sembahyang.

Belakangan ada juga warga masyarakat yang tidak melaksanakan kenduri dimtumah, melainkan cukup dengan memberi makanan yang diantar langsung ke tempat penampungan orang miskin dan rumah anak-anak yatim.

Masyarakat Melayu tidak pernah mempersoalkan hadist sebagai dasar amal ibadah sunnah di bulan Rajab ini. Maka pendapat yang mengatakan bahwa, hadist yang dijadikan sandaran itu dha'if, bahkan maudlu' oleh para ulama, tidak mengusik ketenangan masyarakat Melayu beramal dan beribadah tambahan. Karena masyarakat Melayu melakukan amalan di bulan ini sebagai bentuk penghormatan dan kesyukuran kepada Tuhan yang telah memberinya kesempatan hidup dan sehat di bulan Rajab, yang dimuliakan.

Di samping itu, masyarakat Melayu menandai bulan Rajab dengan kesungguhan beramal baik, sedekah dan ibadah, karena kegembiraan menyambut Ramadlan, yang tidak berapa lama lagi, tinggal dua bulan saja. Masyarakat Melayu juga berdo'a agar dapat bertemu dengan bulan Ramadlan yang sangat mulia itu, bulan ketika alQuran diturunkan.

Budaya masyarakat Melayu adalah sesuatu yang baik. Mereka mengisi bulan baik dengan amalan yang baik dan ibadah sunnah yang ditambah. Bulan Rajab hanyalah moment yang diberi makna khusus, karena Tuhan telah memuliakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun