Mohon tunggu...
Masdarudin Ahmad
Masdarudin Ahmad Mohon Tunggu... PNS -

"Merasa, Maka Menjadi"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kuburan

18 April 2015   23:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:56 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Lawan dari beradab adalah biadab. Maka manusia yang mengharamkan ziarah kubur dengan berbagai dalil dan alasan yang dikemukakan, termasuk manusia tidak beradab, atau biadab. Lebih lagi pelarangan dengan menggunakan dalil agama dan mengatas-namakan agama. Mereka yang mengharamkan atau melarang dengan dalil agama, pada dasarnya hanya memperalat agama untuk membungkus kebencian yang ada di hati mereka. Yaitu kebencian mereka kepada yang lain, termasuk leluhur mereka sendiri.

Membiarkan kubur para leluhur yang sudah meninggal, tanpa memberi tanda dan tidak pula mengunjungi, adalah bentuk nyata sebuah kebencian. Rasa kemanusiaan orang beradab, tidak akan melakukan hal seperti itu. Karena manusia beradab memiliki rasa hormat dan cinta kepada leluhurnya. Manusia beradab tidak mungkin memperlakukan para leluhur yang telah mendahului, sama dengan anjing yang mati. Yang memahami kewajiban telah berakhir dengan menguburkan. Kemudian membiarkan, tanpa memberi batu nisan dan juga menziarahi.

Kita adalah bangsa berprikemanusiaan dan beradab. Ziarah kubur adalah bentuk nyata rasa cinta dan hormat manusia beradab kepada para leluhur yang telah mendahului.

Walaupun secara fisik kita telah berpisah karena kematian, tetapi kita tidak pernah berpisah dalam arti ruh dan semangat dengan para pendahulu kita. Dengan cara menziarahi kubur mereka, yang dilengkapi zikir, do'a dan sedekah, in sya Allah, ruh dan semangat mereka mengalir dalam jiwa kita untuk selamanya.

Dan, ziarah kubur juga menjadi bukti pengabdian kita kepada pemilik alam semesta, yakni Tuhan. Karena melalui para leluhur itulah Tuhan menghadirkan kita di sini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun