Ya. Peristiwa konversi dalam agama tidak pernah berakhir. Ia akan selalu ada dan tidak bisa dihindari, meskipun sebabnya berbeda-beda, tetapi selalunya yang menjadi sebab adalah hal-hal di luar agama itu sendiri.
Tidak tertutup kemungkinan, di antara kita ada yang akan, mungkin juga telah, melakukan konversi agama. Itu biasa dan sangat manusiawi, apapun alasannya. Tidak siapapun dapat menghalangi dan menyalahkan orang untuk melakukannya.
Meskipun, karena keangkuhan iman, para pendakwah agama, selalu menafikan, menghalangi, dan menganggap konversi agama sebagai kejahatan. Bahkan, ada pihak yang menghalalkan darah tertumpah karenanya, dengan hukuman mati bagi yang murtad, namun konversi agama tetap terjadi terus, dan terus. Siapapun tidak dapat mengendalikan, apalagi mencegahnya.
=============
Agama dalam arti iman, memang tidak mudah dipahami, meskipun semua orang merasakan dan sebagian besar membutuhkan.
Iman adalah bagian agama yang tidak kasat mata. Berbeda dengan islam. Islam adalah bagian agama yang kasat mata.
Agama dalam arti islam dapat "dipertontonkan", seperti ritual atau penyembahan.
Tetapi, bagaimanapun juga, ritual agama hanyalah penampakan atau perilaku keagamaan yang bersifat formal dan lahiriyah. Ritual agama hanya merupakan bukti dari iman, yang bersemayam di dada.
Berbicara iman, berarti menjadikan agama bersifat subyektif. Hanya diri sendiri dan Tuhan saja yang mengetahui hakikat keberadaan iman dalam diri manusia.
Sedangkan sistem keimanan yang prinsip, berlaku sama untuk semua agama. Yaitu kepercayaan yang berpusat kepada Tuhan.
Dan, Tuhan yang diimani oleh orang beragama itu tidak kasat mata. Bersifat imanent atau transendent, dan atau keduanya. Semua tergantung teolog yang telah merumuskan. Tidak ada satupun agama yang mempercayai Tuhan yang dapat diindera. Agama orang gila sekalipun tidak memepercayai Tuhan yang benda, yang meruang waktu.