Mohon tunggu...
Masdarudin Ahmad
Masdarudin Ahmad Mohon Tunggu... PNS -

"Merasa, Maka Menjadi"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Saya, Husin dan Badrul

5 Mei 2014   05:38 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:52 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah cukup berkeliling kampung dan kota di malam takbir, kusempatkan berkunjung ke rumah Husin. Ternyata ia tidak pulang lebaran. Katanya ia baru pulang setelah lebaran Haji nanti. Di syawal ini dia bekerja lebih keras untuk mendapatkan lebih banyak uang guna persiapan perkawinannya yang akan dilaksanakan setelah hari raya Haji. Begitulah cerita kedua orang tuanya saat aku berkunjung ke rumahnya. Ya, begitulah cita-cita Husin. Ia ingin menikahi gadis yang sudah dipinangnya setahun yang lalu dan akan dinikahi tahun ini.

Karena Husin tidak ada, aku melanjutkan menyambangi rumah Badrul. Kondisinya sama, ia juga belum pulang. Kedua orang tuanya menceritakan yang Badrul tidak lagi bekerja di Malaysia, melainkan di Singapore. Di perusahaannya tempat bekerja tidak memberi cuti lebaran. Dan kemungkinan hanya tahun ini saja dia bekerja di luar negeri. Sehabis kontraknya selama setahun dia akan pulang ke kampung dan tidak lagi bekerja di sana. Kemunkinan pulangnya juga setelah hari raya Haji nanti.

Tidak lama setelah lebaran Idul Fitri, pemerintah mengadakan test penerimaan calon pegawai negeri sipil di lingkungan Pemerintah Daerah. Saya salah seorang yang mengikuti test tersebut. Dan, Alhamdulillah harapan untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) terwujud dengan dikeluarkan pengumuman kelulusan yang mencantumkan nomor pendaftaranku. Sudah sempurnalah semua harapan dan cita citaku, juga ayah dan ibuku.

Pada hari raya haji saya sudah menyandang status PNS, bukan lagi tenaga honorer. Saya merasa sangat beruntung dan ingatanku kepada Husin dan Badrul, teman sepermainan ketika kecil semakin menggunung. Ingin kumeriahkan keberhasilanku bersama kedua sahabat karibku yang sudah lama tidak bertemu.

===========

Saat yang dinantikanpun tiba. Setelah hari raya Haji Husin dan Badrul pulang ke kampung. Saya, Husin dan Badrul dapat berkumpul bersenda gurau bersama. Kami berkumpul di rumah Husin, karena Ia sedang mempersiapkan hantar belanja untuk hari perkawinannya. Badrul sepertinya juga sudah berancang-ancang untuk mencari pendamping bagi hidupnya. Maka saya mulai juga berfikir untuk hal yang sama, menikah.

Dalam pertemuan kembali setelah sekian lama tidak bertemu. Ada sesuatu yang sangat berbeda di antara kami bertiga. Saya dan Husin tidak jauh berbeda. Yang membedakan hanyalah tempat kerja: Husin di negeri jiran Malaysia, sedangkan aku hanya di kampung saja. Gaya hidup kami berdua sama: sepeda motor. Yang paling berbeda adalah Badrul. Ia datang mengendarai kendaraan roda empat keluaran terbaru. Sebagai seorang sahabat karib, Badrul mempersiapkan mobil barunya untuk menghantarkan perlengkapan belanja Husin dan menghantar pengantin ketika hari pernikahan Husin.

Kebersamaan kembali kami setelah tiga tahun lebih, benar-benar menggembirakan dan mengharukan. Kegembiraan karena kebersamaan. Sedangkan keharuan karena perbedaan. Saya dan Husin jauh tertinggal. Badrul sudah jauh melangkah di hadapan kami berdua. Mobil baru yang dikendarainya tidak mungkin dapat kumiliki seumur hidupku sebagai PNS. Husin juga menyampaikan pendapat yang sama, katanya, "berfikir untuk itupun tidak mampu, apalagi memilikinya."

Kamipun bertanya kepada Badrul perihal keberhasilannya. Dengan senang hati iapun bercerita. bahwa ketika pulang di tahun pertama kerja di Malaysia, dia mengambil kursus singkat bahasa inggris dan akutansi. Kebetulan pula setelah kembali ke perusahaan, majikannya mendapat tamu orang kulit putih yang ingin bekerjasama dengan perusahaan. Majikan kurang berkemampuan untuk berbahasa inggris, maka dimintalah karyawan yang bisa bercakap dengan orang putih untuk menghadap. Semenjak itu sayapun selalu diajak oleh majikan untuk mendampinginya pergi.

Tidak lama setelah itu, perusahaan terus berkembang pesat. Konsekwensi dari itu dbutuhkan pula tenaga keuangan yang dapat membuat laporan pembukuan. Karena ia juga memiliki kemampuan di bidang itu, maka ia menawarkan diri untuk mengisi jabatan yang ada. "Majikan memberi saya kesempatan percobaan selama sebulan." kata Badrul. "Ketika itu saya katakan, "selama dua bulan saya siap tidak digaji, seandainya pekerjaan saya tidak benar."" Badrul menegaskan akan kemampuannya. "Majikan setuju. Sayapun membuktikan kemampuan saya di bidang keuangan."

Cerita Badrul selanjutnya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun