Saya teringat ketika sedang duduk bersama beliau dan bapak Adnan, guru YPPI juga, di perpustakaan sekolah. Di antara tumpukan kitab2, beliau perlahan berucap, sebatas dapat kami dengar: "Saya ingin meninggalkan jejak yang bermanfaat untuk masyarakat luas, di Bengkails." "Bagaimana kalau didirikan pesantren Takhfizul Quran?"
Mendengar keinginan beliau, saya dan pak Adnan ketika itu langsung saja mempersiapkan semua yang diperlukan, agar cita2nya menjadi kenyataan. Alhamdulillah, tidak perlu waktu lama, ketua Yayasan, pak Barmawi, KN. menyetujui lokasi pondok di tanah Yayasan, wakaf dari almarhum H. Mansur di Wonosari Timur., Bengkalis, kira2 3 KM dari sekolah. Kemudian, Pemerintah Daerah, waktu itu, bapak bupati Syamsurizal juga mendukung segala pembiayaan: bangunan fisik, dana operasional dan beasiswa santri yang ikut menghafal AlQuran. Dan di pondok Tahfizul Quran inilah beliau mengabdikan diri sampai ajal menjemput.
Namun sangat disayangkan, Pergantian bupati menyebabkan kebijakan juga berganti. Dana operasional dan beasiswa untuk santri yang mengikuti takhfiz tidak lagi dianggarkan. Akibatnya kegiatan pondok tidak berjalan. Santri yang ada bubar, tidak tersisa satupun jua. Bangunan asrama, ruang kelas dan rumah ustaz terbiarkan terlantar, tidak dirawat sama sekali.
Semoga seiring waktu, Tuhan memberikan jalan keluar untuk menghidupkan kembali pondok Takhfiz alQuran peninggalan ulama besar negeri ini, Bengkalis., Riau. Dan berarti pula mewarisi, melestarikan dan mengembangkan semangat mencintai keberagaman dan sikap moderat yang menjadi model keagamaan Ustaz Mel. Model beragama cara beliaulah yang sudah terbukti baik dan sejalan dengan kehidupan masyarakat Melayu., Bengkalis, Riau. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H