Mohon tunggu...
Masdarudin Ahmad
Masdarudin Ahmad Mohon Tunggu... PNS -

"Merasa, Maka Menjadi"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jilbab Syar'i

24 Februari 2015   18:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:35 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ayat 31, surat Annur dan ayat 58, surat alAhzab, kita lanjutkan lain waktu saja. Lihat matahari sudah kuning keemasan di sana," kataku berkilah untuk tidak menjawab persoalan ayat lain, yang sudah dihafal dan masih berkaitan dengan jilbab, sambil menunjuk ke arah matahari akan terbenam.

Kami pun segera membayar tiga cawan kopi kepada bibi penjaga kedai dan menghabiskan sisa air kopi dalam cawan, lalu pulang. Takut kalau didahului matahari terbenam dan kita belum masuk ke rumah. Bagi orang Melayu, itu termasuk pantang larang, tidak boleh dilanggar. "Bagi anak gadis, bisa tidak ada lelaki yang mahu meminang," kataku sambil melihat anak gadisku tersenyum.

"Sudah dulu, kita pulang. Hari pun dah petang. Jangan sampai ayam lebih dulu masuk ke reban." Kataku mengajak isteri dan anak gadisku pulang.

Kami pun pulang bersama, melalui jalan yang lain, agar lebih banyak yang dapat dipandang. Sekaligus berniat mengikuti kebiasaan Nabi saw. yang melewati jalan berbeda ketika pergi dan pulang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun