"Sayang, mas uda nyampe. Kamu lagi gak ngerjain tugas, kan?",
"Tadinya mau ngerjain, tapi gada mood. Mas uda makan belum?"
"Udah. Tadi makan dulu deket rumah. Kamu ga mood kenapa, sayang? Tadi ga mood makan, sekarang ga mood nugas. Coba cerita."
"Ya gak mood aja, mas. Gatau kenapa bisa gini." Jawaban ini, aku paham, ini adalah kode darinya untuk aku 'memanjanya', mengobati kegelisahannya, hadir merangkul benaknya, mengubah moodnya.
"Mas minta maaf, karena ga kasih kabar dari kemarin malam, karena baru ngabarin kamu malam ini, karena uda bikin kamu kepikiran tentang mas."
"Hmmm..." begitu jawabnya. Aku merasakannya. Ini bukan merajuk bukan pula bte atau kesal, tapi perpaduan antar ketiganya.
"Tiadanya kabar dari mas, itu memang salah. dan terlalu sering ada kabar dari mas, itu juga tidak baik, sayang."
"Tapi harusnya kamu ngabarin aku, jangan timbul tenggelam. Sebentar ada, lalu menghilang lama, lalu ada lagi, menghilang lagi, dan begitu terus. Gak bisa gitu, mas."
"Bukan hanya kamu aja yang gak dapat kabar dari mas, sayang. Semua, semuanya juga gak mas balas pesannya. Karena memang mas gak selalu bisa fulltime dengan handphone."
"Kamu bisa nemuin temen-temen kamu. Tapi kenapa sama aku, engga?"
"Karena mas sayang kamu, Mala." Ujarku singkat.