Mohon tunggu...
Nurmansyah Amirudin
Nurmansyah Amirudin Mohon Tunggu... Administrasi - Tidak sedang merasa baik-baik saja

Jika untuk bergerak saja saya tidak mampu bukan berarti ide-ide gila di kepala saya mati.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perjalanan Menuju Entah

6 Juli 2020   14:11 Diperbarui: 6 Juli 2020   20:53 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku berkelana dengan sepi, mencari

menemukan diri sendiri. Di jalanan asing, daun-daun menguning

gugur mengucap gerak-gerik bahasa. Pertengkaran antara ranting

dan udara di balik dada pohon.

Tepat di punggung pohon. Rasa sesal bisa dirancang

ketika bahagia tiba di peron kereta. Siapa yang pergi lebih dulu,

kau atau aku?

Peluit sebagai tanda jarak melebar juga mengakar.

Pada suatu waktu yang mendadak kau dan aku saling merindu.

Di percakapan pagi di sepanjang hari berbulan sunyi.

Motor terguling, mobil terbanting, baju orang compang- camping

mengemis, meminta belasan kasih.

Apa yang ia cari? Tawanya petir di cerlang siang, senyumnya

simpul petang ke malam. Pagi terbit dan sore tenggelam.

Di mana celah yang pantas

untuknya bersemayam?

Di sela jemari? Di kalimat yang gugup?

Atau degup jantung yang detaknya tidak teratur?

Kukira ia harus lebih dulu memilih

hal yang di dalamnya berisi segala genap kesungguhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun