mengemis, meminta belasan kasih.
Apa yang ia cari? Tawanya petir di cerlang siang, senyumnya
simpul petang ke malam. Pagi terbit dan sore tenggelam.
Di mana celah yang pantas
untuknya bersemayam?
Di sela jemari? Di kalimat yang gugup?
Atau degup jantung yang detaknya tidak teratur?
Kukira ia harus lebih dulu memilih
hal yang di dalamnya berisi segala genap kesungguhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!