Mohon tunggu...
Mas Bulan
Mas Bulan Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kesiapsiagaan Bencana

27 Oktober 2024   11:00 Diperbarui: 27 Oktober 2024   11:00 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kesiapsiagaan bencana adalah serangkaian tindakan yang dilakukan sebelum bencana terjadi untuk mengurangi risiko, meminimalkan dampak, dan memastikan respons yang efektif. 

 

Kesiapsiagaan bencana dapat dilakukan oleh pemerintah, organisasi, komunitas, atau individu. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam kesiapsiagaan bencana, di antaranya:

Menyusun rencana kontinjensi

Menyusun rencana pengembangan sistem peringatan

Pemeliharaan persediaan

Melatih personil

Menyusun langkah-langkah pencarian dan penyelamatan

Menyusun rencana evakuasi 

 

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan diri menghadapi bencana adalah dengan membuat Tas Siaga Bencana (TSB). TSB berisi kebutuhan dasar selama 3 hari, seperti:

Surat-surat penting

Pakaian untuk 3 hari

Makanan ringan tahan lama

Air minum

Kotak obat-obatan/P3K

Alat bantu penerangan

Uang cash

Perlengkapan mandi dan masker

Pengurangan risiko bencana (PRB) adalah upaya untuk mengurangi dampak buruk yang mungkin terjadi dari bencana. Kegiatan ini dilakukan untuk mencegah bencana baru, mengurangi risiko bencana yang sudah ada, dan mengelola risiko yang tersisa. 

 

PRB dilakukan dengan mengembangkan dan menerapkan kebijakan, strategi, dan praktik-praktik untuk meminimalkan kerentanan dan risiko bencana. Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam PRB, di antaranya: 

 

Membangun tanggul penahan banjir 

 

Menanam pohon untuk menstabilkan lereng 

 

Menerapkan tata guna lahan dan tata bangunan yang ketat 

 

Membuat peta atau denah wilayah yang rawan bencana 

 

Membuat alarm bencana 

 

Membangun bangunan tahan bencana 

 

Memberi penyuluhan dan pendidikan kepada masyarakat di wilayah rawan bencana 

 

PRB berkontribusi untuk memperkuat ketahanan dan mencapai pembangunan berkelanjutan.

Adaptasi perubahan iklim adalah proses penyesuaian diri terhadap dampak perubahan iklim yang sudah terjadi atau yang diproyeksikan. Adaptasi dilakukan untuk mengurangi kerentanan terhadap dampak perubahan iklim, seperti cuaca yang lebih ekstrem dan kenaikan permukaan air laut. 

 

Beberapa contoh adaptasi perubahan iklim, antara lain: 

 

Pindah ke dataran tinggi untuk menghindari naiknya permukaan air laut 

 

Menanam tanaman baru yang dapat tumbuh subur dalam kondisi iklim baru 

 

Menggunakan teknologi bangunan baru 

 

Meningkatkan informasi iklim dan sistem peringatan dini 

 

Membangun pertahanan yang lebih kuat terhadap banjir 

 

Adaptasi merupakan salah satu respons yang dilakukan manusia dalam menghadapi perubahan iklim, selain mitigasi. Mitigasi sendiri berarti mencegah atau mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) k

e atmosfer.Ekosistem adalah sistem ekologi yang terbentuk dari hubungan timbal balik yang kompleks antara makhluk hidup dan lingkungannya. Ekosistem merupakan tatanan kesatuan yang utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup. 

 

Ekosistem terdiri dari dua komponen penting, yaitu komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik dan abiotik ini saling mempengaruhi satu sama lain. 

 

Ekosistem dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu ekosistem alami dan ekosistem buatan:

Ekosistem alami

Ekosistem yang terbentuk secara alami tanpa campur tangan manusia. Contoh ekosistem alami adalah hutan, sungai, danau, laut, padang rumput, padang lamun, dan padang pasir.

Ekosistem buatan

Ekosistem yang sengaja dibuat oleh manusia. Contoh ekosistem buatan adalah waduk, kolam, akuarium, sawah, kebun, dan sebagainya.Kesehatan adalah keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Definisi ini disampaikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). 

 

Kesehatan mental merupakan komponen penting dari kesehatan. Kesehatan mental yang baik ditandai dengan kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup, bekerja secara produktif, dan berkontribusi bagi komunitas. 

 

Pemahaman tentang kesehatan telah berubah seiring dengan waktu. Berbagai faktor dapat memengaruhi kondisi kesehatan, seperti: Perilaku individu, Kondisi sosial, Genetik dan biologi, Perawatan kesehatan, Lingkungan fisik. 

 

Menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh penting untuk mencegah tubuh terserang penyakit dan agar dapat tetap menjalankan aktivitas sehari-hari.Ketahanan pangan adalah kondisi ketika semua orang memiliki akses untuk mendapatkan pangan yang cukup, aman, merata, dan terjangkau. Ketahanan pangan juga mencakup kondisi pangan yang beragam, bergizi, dan tidak bertentangan dengan budaya, agama, dan keyakinan masyarakat. 

 

Ketahanan pangan merupakan konsep yang sangat penting, terutama bagi negara-negara dengan populasi besar dan beragam seperti Indonesia. 

 

Beberapa komponen ketahanan pangan, yaitu: Kecukupan ketersediaan bahan pangan, Stabilitas ketersediaan bahan pangan, Aksesibilitas atau keterjangkauan terhadap bahan pangan. 

 

Aspek-aspek ketahanan pangan, yaitu: Ketersediaan pangan, Akses pangan, Pemanfaatan pangan. 

 

Akses pangan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti: Akses ekonomi, Akses fisik, Akses sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun