Mohon tunggu...
Fauzi Anggara
Fauzi Anggara Mohon Tunggu... -

Selalu menyenangkan bila bisa berkunjung ke daerah-daerah di Indonesia. Indonesia itu indah. Tidak perlu jauh-jauh ke luar negeri, kalau hanya sekedar ingin melihat panorama alam nan indah. Cukup di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Suara Hati Kader Golkar Soal Calon Ketua Umum Partai Golkar

16 Februari 2016   12:56 Diperbarui: 16 Februari 2016   13:32 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi | sumber: Jitunews.com"][/caption]"Golkar babak belur pas pilkada kemaren,"

Begitulah ungkapan seorang kawan yang juga kader Golkar dan kini duduk di DPRD sebuah kabupaten di Provinsi Riau. Ungkapan itu dia sampaikan dalam perbincangan santai kami belum lama ini saat bertemu di bilangan Jakarta Selatan. Kebetulan hari itu, dia sedang ada urusan di Jakarta.

Perbincangan kami memang lebih banyak soal Partai Golkar. Mengingat kawan ini adalah kader Golkar. Sejak menuntaskan masa studinya di Jakarta, dia kembali ke kampung halamannya dan meniti karir sebagai politisi di kampungnya lewat jalur Partai Golkar. Setelah gagal masuk parlemen daerah pada pemilu 2009, kini dia berhasil duduk sebagai salah satu anggota DPRD di pemilu 2014.

Dia bercerita, dalam pelaksanaan pilkada serentak yang digelar pada bulan Desember lalu, Partai Golkar, jangankan untuk menang, untuk bisa mengusung dan mendukung calon bupati atau wakil bupati saja kesusahan. Penyebabnya, apalagi kalau bukan soal kepengurusan ganda (dualisme) yang dimiliki oleh Partai Golkar. Meski waktu itu, di DPP sudah menyatakan bersatu untuk menghadapi pilkada, namun di daerah, kondisi itu tidak terimplementasi dengan baik.

Karena kondisi ini, beberapa kader potensial Partai Golkar gagal maju dalam hajatan pilkada khususnya di Provinsi Riau. Padahal, Provinsi Riau merupakan salah satu basis Partai Golkar di pulau Sumatera. Pada pemilu 2014, Golkar menjadi kampiun di Provinsi Riau.

Konflik internal Partai Golkar yang berlangsung lebih dari satu tahun ini, disadari atau tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap eksistensi dan elektabilitas Partai Golkar di daerah. Mungkin, bagi mereka yang dalam satu tahun terakhir berebut kue kekuasaan di DPP Partai Golkar, tidak merasakan hal tersebut, namun bagi pengurus DPD I dan II serta kader Golkar di daerah, konflik internal ini memiliki efek yang luar biasa. Mereka yang bersentuhan langsung dengan masyarakat pemilih, sehingga mereka merasakan betul bagaimana suasanan kebatinan masyarakat terhadap Partai Golkar.

Kawan ini sebenarnya cukup berharap pada proses munas Partai Golkar yang akan berlangsung dalam satu atau dua bulan ini. Menurutnya, ini adalah momentum untuk menyatukan kembali Partai Golkar yang sudah tercabik-cabik dalam satu tahun terakhir.

Namun, terkait dengan siapa sosok yang paling pas untuk menjadi Ketua Umum Golkar? Kawan ini sedikit memberi kriteria dan bagaimana biasanya kader Golkar menentukan pilihan. Menurutnya, Partai Golkar merupakan partai yang selalu ingin menjadi bagian dari pemerintahan. Katanya, sulit membayangkan Partai Golkar itu menjadi oposan sejati.

"Partai Golkar itu partai pemerintah," tegasnya.

Sehingga menurutnya, langkah Partai Golkar untuk bergabung dalam koalisi pemerintahan merupakan langkah yang kembali ke asalnya.

"Lalu, siapa sosok yang kira-kira dipilih untuk jadi Ketua Umum Golkar?," tanya saya menegaskan.

"Dengan latarbelakang tadi, dimana Golkar adalah partai pemerintah, maka seharusnya Ketua Umum Golkar adalah orang yang memiliki jabatan di pemerintahan pusat baik di eksekutif maupun legislatif," jawabnya.

Menurutnya, pengurus Partai Golkar di daerah sebagai pemegang suara, pasti menginginkan Ketua Umum Golkar itu yang memiliki jabatan politis yang tinggi sehingga memiliki bargaining politik yang kuat dengan pemerintah.

Saya kemudian berujar, jika demikian, hanya ada satu calon yang kemungkinan akan dipilih.

"Siapa?" tanyanya.

"Ade Komarudin," jawab saya singkat.

"Kenapa bisa begitu?"

"Ade Komarudin itu satu-satunya politisi Golkar yang saat ini memiliki posisi strategis yaitu sebagai Ketua DPR. Memang ada Jusuf Kalla yang saat ini jadi Wakil Presiden, tapi JK tidak mungkin maju lagi sebagai Ketua Umum Golkar," ujar saya memberi penjelasan.

"Iya. Memang Pak Ade Komarudin paling layak untuk jadi Ketua Umum Golkar. Beliau memiliki latarbelakang yang baik dan sepertinya menjadi sosok yang akan diterima oleh semua kalangan," jawabnya.

"Semoga Golkar dapat nahkoda yang baik. Nahkoda yang jauh dari masalah dan mampu mengembalikan kejayaan Partai Golkar," ujar saya.

"Semoga saja. Kita akan perjuangkan," ungkapnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun