Mohon tunggu...
Mas Andre Hariyanto
Mas Andre Hariyanto Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri, Trainer, Jurnalis: Lembaga AR Learning Center, Suara Utama, Yayasan Pusat Pembelajaran Nusantara, Komunitas Taklim Jurnalistik, Angkringan Si Ndut, Kelas Jurnalistik Official, Muslim Hijrah Movement

Mencetak Kader dalam Perjuangan Ummat tuk Menuju Peradaban. Sampaikan Ilmu Walaupun 1 Pesan. Menjadi Jurnalis Muslim Anti Hoax. 081 232 729 720

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Career Woman (Wanita Karir) menjadi Gaya Hidup atau Tuntutan?

30 Oktober 2022   18:08 Diperbarui: 30 Oktober 2022   18:16 2125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Dr. Agung Kwartama.,SE.,MM.,MH.

Wartawan Suara Utama Perwakilan Jakarta, Member of Taklim Jurnalistik & AR Learning Center, Dosen dan Pemerhati Pendidikan

- Kehidupan di Indonesia sangat indentik dengan gaya hidup hedoisme terutama bagi kaum muda yang baru terjun dalam dunia kerja yang professional dan mempunyai penghasilan sendiri. 

Namun, dunia industri saat ini yang menuntut keahlian khusus serta tekanan pekerjaan dengan target yang sangat ketat demi kelangsungan perusahaan ditengah persaingan bisnis. 

Sehingga pola hidup untuk menikmati hasil pekerjaan yang didapat dengan hang out bersama teman ke tempat kumpul bersama untuk melepas kepenatan yang dihadapi dalam pekerjaan sebagai alternative dalam kebosanan di rutinitas pekerjaan.

Akan tetapi seiring dengan persaingan antar bisnis segala bisnis serta pademik efek yang sangat dirasakan untuk dunia usaha atau perusahaan tertentu terutama yang membutuhkan modal besar (Huge capital) mengalami tekanan yang besar dalam mempertahankan bisnis usahanya harus melakukan efisien terutama dalam sumber daya manusia, yang harus dikurangi bahkan pemutusan tenaga kerja (Lay off employee), terutama tenaga kerja laki - laki yang menjadi tulang punggung keluarga. 

Hal ini menjadi salah satu penyebab istri harus membantu ekonomi dalam keluarganya, akan tetapi adat ketimuran mempunyai kebiasaan atau aturan tidak tertulis yang menuntut bahwa kepala rumah tangga harus bekerja sebagai kehormatan dalam kehidupan.

Dilansir (Aris Tritanto,2020) bahwa perceraian yang disebabkan ekonomi pada masa pandemi menjadi salah satu penyebab dalam berumah tangga, selain hal lain seperti perselingkuhan dan ketidakharmonisan dalam rumah tangga, sehingga hal ini juga sebagai wanita harus mandiri dalam menjalankan roda ekonomi keluarga terutama pendidikan anak serta kebutuhannya. 

Wanita karir atau pekerja akan benar diuji secara mental dan fisik dalam mengelola kehidupan rumah tangganya disebabkan setelah pulang bekerja dihadapkan hal  hal peran ganda sebagai ibu dan istri dalam keluarga agar semua berjalan sebagaimana mestinya.

Dengan tuntutan ekonomi dan target perusahaan yang dibebankan terutama wanita karir, bisakah peran ibu tergantikan dengan pihak lain? Ini pertanyaan klasik yang sering terdengar umum (commom issue) untuk kehidupan anak serta pendidikannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun