Mohon tunggu...
Yustimas
Yustimas Mohon Tunggu... Administrasi - Work for home

Ambassade d'Indonésié en France

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Pita Gandum Hitam Milik Soviet Untuk KAL 007

29 April 2016   18:52 Diperbarui: 3 Mei 2016   02:41 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Prolog

Adakah yang pernah mendengar atau membaca mengenai Politik Pita Hitam Soviet yang menyebabkan di tembak jatuhnya pesawat Korean Air dengan kode penerbangan KAL 007 di lepas pantai Sakhalin pada pagi hari tanggal 1 September 1983. Mari buka peristiwa 5 tahun sebelumnya, atau lebih tepatnya saat penemuan terbesar pada masa itu, dalam pengendalian radiasi fusi nuklir untuk di rekayasa menjadi sebuah energi murni, oleh kelompok ilmuwan dari negara Jepang yang berkolaborasi dengan Institute Sains Amerika di tahun 1978 yang ketua forum dan pimpinan penelitian saat itu, yaitu Prof. Dr. Edward Sano dan Dr. Allan Pike.

Operasi Chubovka

Prof. Dr. Edward Sano, adalah seorang ilmuwan dan pakar fisika dan fusi nuklir berkebangsaan Jepang. Anak kedua dari 4 bersaudara dari pasangan Kenzo Sano dan Rita Karaeng yang berdarah Bugis Makassar. Mendirikan Sano Technology pada tahun 1973 dan bekerja di pusat riset Badan Antariksa Amerika Serikat (Nasa) dan menjadi pelopor dalam pembentukan pusat riset dan kajian, Asosiasi Institute Sains dan Teknologi Jepang atau JAIST bersama dengan Dr. Dimitri Azzakov asal Uni Soviet dan Dr. Allan Pike.

Hasil riset itu telah di ketahui oleh pihak Soviet yang telah bekerja sama dengan berberapa perwira tinggi di Asia termasuk Indonesia saat itu, dan segera mengirimkan berberapa anggota agen KGB sebagai bagian dari operasi terselubung Chubovka.

Setelah membentuk Diafragma (di percaya sebagai kode sandi penyusun Algoritma Nuklir) pertama di dunia pada tahun 1983, berberapa peneliti saat itu dikabarkan telah di culik dan menghilang, sebagian lagi di eksekusi.

Dalam perjalanan pulang ke Amerika, Dr. Allan Pike mencoba memberitahu Prof. Dr. Edward Sano yang sedang berada di New York saat itu, bahwa dirinya telah menjadi target nomor satu Soviet dan di minta untuk segera kembali ke Tokyo, atas perlindungan penuh komite panel sains Asia pada saat itu.

Semua hasil laporan di periksa, saat itu seorang panglima tinggi Soviet yang bertugas, mengirimkan berberapa mata mata termasuk ke negara Indonesia, untuk mencari dokumen, tetapi tidak menemukan hasil dari pengembangan Nuklir, yang rencananya akan di gunakan oleh pihak Uni Soviet pada masa itu untuk program nuklir.

Sejak tahun 1952 Soviet sudah berencana untuk membangun pusat reaktor nuklir, agar dapat membangun pesawat pesawat siluman pembom jarak jauh, yang membutuhkan bahan bakar sangat besar. Ilmuwan nuklir ternama asal Soviet Alexandrov, pada tahun 1955 pernah membuat skala pembangunan jangka panjang hingga 30 sampai 40 tahun mendatang, rencana yang pada masa itu cukup revolusioner.

Nuclear Non-Proliferation Treaty (NNPT) atau Perjanjian Nonproliferasi Nuklir, yang di tanda tangani pada 1 July 1968 sendiri membuat peraturan yang sangat jelas dalam pengembangan nuklir, yang tujuannya untuk membatasi kepemilikan di antara negara negara besar yang mengikuti perjanjian ini. Soviet di curigai saat itu sedang berencana tidak akan meratifikasi perjanjian NNPT dan diam diam akan melakukan pengembangan nuklir demi tujuan dan kepentingan di masa depan.

Prof. Dr. Edward Sano, saat itu menolak dengan sangat keras untuk memberikan hasil riset kepada pihak Soviet dan bersama anggota kongres Amerika Serikat Lawrence Patton McDonald, M.D atau Larry McDonald, akan meninggalkan New York menuju Seoul untuk menghadiri The 30th Anniversary of United States - South Korea Mutual Defense Treaty.

Larry McDonald seharusnya sudah meninggalkan New York dua hari sebelumnya, dengan menggunakan Pan Amerika Boeing 747, tapi dia memilih untuk menunda keberangkatannya dan menunggu Prof. Edward Sano agar dapat pergi bersama sama. Saat itu Larry McDonald, mengantungi jumlah voter suara tertinggi dan akan maju dalam pemilihan di tahun depan, kebijakan Larry yang saat itu yang sangat menentang sistim kapitalisme komunis, menginginkan agar dalam pertemuan 17 negara yang hadir di Seoul nanti akan membuat suatu pandangan baru dalam kebijakan 1 July 1968 yang membuat negara negara maju, akan ikut terlibat dalam tanggung jawab pengembangan nuklir di masa depan.

Namun sebuah tragedi Pesawat Korean Air KAL 007, pada penerbangan 1 September 1983, yang di tembak jatuh oleh Uni Soviet di lepas pantai Sakhalin pada pagi hari, sungguh mengecam dan membuat banyak negara negara di dunia mengutuk Soviet atas perbuatan barbar mereka. Menewaskan hampir 269 penumpang, Keputusan politik yang diperlukan bagi Soviet untuk kepentingan satu tujuan, dengan mengorbankan ratusan orang yang tidak berdosa.

Menurut buku Shootdown - The Verdict on KAL 007 yang di tulis R.W. Johnson dan di publikasikan oleh Book Club Associates pada 1 January 1986, di jelaskan bahwa sebelum pesawat di tembak jatuh, pilot penerbang sempat merubah laporan sistim navigasi hingga 3 kali sebelum mendarat di Ankora, 587 Km sebelum lepas pantai Sakhalin untuk menurunkan berberapa dokumen. Bagi yang pernah membaca buku karya David Pearson yang berjudul KAL 007 Cover Up, di tulis bahwa 25 menit sebelum pesawat di tembak jatuh, pilot penerbang kedua, sempat menghubungi Menara Pengawas Tokyo, untuk meminta ijin mendarat dan melaporkan kejadian darurat di dalam pesawat namun yang ironisnya, rekaman komunikasi telah hilang sebelum proses penyelidikan di mulai.

David Pearson menulis bahwa, sejak di New York sudah ada berberapa anggota agen KGB yang ikut naik ke dalam peswat dan tidak di ketahui secara pasti apakah Prof. Dr. Edward Sano, telah benar benar tewas dalam tragedi pesawat tersebut dan meninggalkan anak laki lakinya dan istrinya yang sedang mengandung putrinya, atau agen agen KGB dan perwira tinggi Soviet telah menurunkannya di Ankora dan membawanya pergi. Hingga saat ini 32 tahun berlalu masih menjadi sebuah misteri, di mana jasadnya tidak pernah di temukan di antara puing puing pesawat bersama ratusan jasad lainnya.

Ada banyak teori yang di kembangkan lebih jauh oleh Michael Parenti, penulis buku Inventing Reality - The Politics of Mass Media. Di dalam buku tersebut ada sebuah banyak skenario dengan tingkat probabilitas yang cukup akurat dan disertai oleh bukti, namun sangat di sayangkan, Michael Parenti tewas dalam sebuah kecelakaan mobil 3 bulan setelah bukunya di terbitkan. Sejak saat itu buku karyanya telah berhenti di publikasikan.

Dr. Dimitri Azzakov sendiri setelah kembali ke Soviet di tangkap karena di anggap sebagai pengkhianat negara dengan membantu Prof. Dr. Edward Sano, yang menyembunyikan hasil riset dan informasi lainnya.

Dr. Dimitri beserta para assisten dan seluruh keluarganya di culik dan di penjara dan di siksa dengan amat kejam selama 6 tahun, agar bersedia memberitahu hasil riset dan kode sandi Diafragma.

Setelah pihak Soviet tidak mendapatkan hasil yang mereka inginkan, maka Dr. Dimitri Azzakov di eksekusi pada malam hari dalam peristiwa The Drilling Hell dan kasus ini menjadi pemberitaan nasional seperti yang di terbitkan dalam surat kabar Harian Ammennusatia pada Agustus 1989.

The Day of The Green Cobra

Istri dari mediang Prof. Dr. Edward Sano, adalah seorang wanita yang tidak diketahui namanya. Seorang dokter yang bertugas dan menetap di Surabaya mulai tahun 1980 hingga ditangkap dan di culik di kediamannya pada bulan Agustus 1984 tepat satu bulan setelah melahirkan, oleh orang orang yang tidak di kenal dan diasingkan selama bertahun tahun hingga meninggal dunia. Hingga kini pengasuh dan pembantu, yang masih hidup di Magelang Jawa Tengah dan berusia 86 tahun, masih dapat mengingat dan menceritakan semuanya dengan sangat jelas. Tepatnya pada pagi hari minggu pukul 05.10 saat Nyonya Sano terbangun ketika mendengar suara dari ruang tamu, di sana sudah ada 14 orang berseragam TNI lengkap dengan senjata membawanya keluar dan masuk ke dalam mobil.

Prof. Dr. Edward Sano dan istrinya, memiliki satu orang anak laki laki bernama Andrew Sano dan satu anak perempuan yang namanya tidak diketahui. Anak laki laki yang lahir di Jakarta pada tanggal 7 November 1982 dikirim oleh keluarganya ke sebuah keluarga dalam lingkungan Gereja di kawasan Jakarta Selatan. Anak perempuannya yang lahir pada May 1984, dikirim ke Amerika.

Jika membaca buku terbitan James Hodgson dan Yoshihiro Sano "New Japan I" pada 2013 silam, anak laki laki Prof. Dr. Edward Sano, telah menetap selama hampir 13 tahun di Jakarta, menyembunyikan identitasnya dan di besarkan oleh orang orang kepercayaan Ayahnya yang masih setia, hingga bekerja di berberapa perusahaan seperti American Express, AntaVaya & NasdaQ (referensi: New Japan I & II)

Menghabiskan masa mudanya di Jakarta, sebelum menyelesaikan pendidikannya dengan sangat cepat, dan lulus di dua perguruan tinggi tingkat lanjutan bidang iptek dan sains.

New Japan

Andrew Sano mendirikan Sano Industries pada 2011 lalu, dan membangun pusat kajian riset di Afrika Selatan dan Shanghai China. Memperoleh kewarga negaraan Diplomatik Amerika Serikat pada pertengahan September 2012 dan menetap di California selama setahun, hingga memutuskan untuk kembali ke Tokyo pada akhir 2014 lalu.

Disini saya tidak akan menulis mengenai dosa dosanya di masa lalu, di Ukraina dan Belarus, dalam black operations atau operasi terselubung Spetsnaz. Kasus operasi milisi Spetsnaz sendiri sudah lama di anggap sebagai rekayasa politik dengan menggunakan SURPAT Operator of The Russian Federal sebagai tentara bayaran sebagai Direct Military Order yang masih ambigu hingga masuk ke dalam Pengadilan Tinggi Militer Dunia selama 4 tahun terakhir, tanpa hasil.

Semua persenjataan biosuper dan basis operasional militer jelas semua mengarah kepada Sano Industries sebagai pemegang kontrak industrialis tunggal bersama ke 3 perusahaan konsorsium gabungan yang bekerja sama dan ikut terlibat dalam menanda tangani perjanjian di Helsinki pada Maret 2012 silam.

Bukti dan pernyataan dari Colonel General of Aviation Nikolay Moskvitelev yang merangkap sebagai Deputy Commander in Chief for Aviation Air Defence Forces, dalam interviewnya di Moscow Journal Nedelya pada bulan April 1986, juga membuktikan bahwa teknologi serumit itu tidak banyak di kembangkan bahkan dalam kurun waktu 70 tahun ke depan, kecuali, ya kecuali jika Sano Technology pada tahun 1983 telah berhasil mengembangkan hasil riset bio nuklir ke tingkat yang lebih dalam. Siapa yang menyangka, pada awal 2012 Sano Industries berdiri dan membangun 2 pusat kajian di lahan seluas 41 hektar di Afrika Selatan dan satunya di rahasiakan, yang di pelopori oleh Andrew Sano, anak laki laki dari Prof. Dr. Edward Sano.

Siapapun tahu bahwa rentang antara tahun 2012 hingga 2014 adalah masa-masa gelap dan mengkuatirkan bagi Islamic State of Iraq & Syria (ISIS) dan separatis teroris yang berasal dari eropa timur. Washington Post terbitan 6 May 2012 dan The Daily Journalist edisi 21 July 2013, pernah menghitung besarnya kerugian ISIS oleh Andrew Sano, seorang Jenius yang disebut sebagai Sang Hantu dan Anomali pada awal 2012 ini.

Apakah ini indikasi dan signal bahwa pihak timur dan barat sebenarnya tidak benar benar dapat mengendalikan Andrew Sano untuk berada di pihak mereka, tidak ada satupun yang tahu apa isi pikiran dari sang Anomali.

Masih ingat bagaimana Nicholos Nielsen, anggota parlemen PBB dan anggota dewan keamanan Amerika, menyebut bahwa setidaknya hampir 800 keluarga di Iraq dapat hidup tenang dan mendapat pasokan makanan yang cukup selama 420 hari tanpa rasa takut. Pernyataan Nick Nielsen menjadi pemberitaan yang menyita perhatian dari publik saat New York Tribune menempatkan sosok Andrew Sano sebagai DCP atau Disscusion of Public.

Pada pertengahan 2010, satu satunya media Amerika Serikat yang bisa masuk ke Russia, melalui seorang reporter New York Times, Aleksandr Shalnev menimbulkan pro dan kontra dan situasi yang panas. Jika membuka dan membaca Harian The Soviet Izvestia halaman III. Artikel tersebut jelas mengandung provokasi yang keras. 2 hari setelah terbit, semua Harian The Soviet Izvestia di tarik dan dibekukan selama 6 bulan (Radio France International :The Soviet Newspapers Izvestia page II & III).

Nampaknya Andrew Sano, sendiri kurang populer di Negara Indonesia, mengingat pemerintah dan berberapa media masih menutup rapat sejarah peristiwa Oktober 1983 dan menjadi hal yang tidak akan pernah terungkapkan hingga kapanpun (referensi lengkap : Independent Community Trust 2014 - Kyiev Post) dan tentunya, kegemarannya akan wanita wanita cantik di berbagai dunia, juga berberapa kejahatannya di Ukraina di masa lalu, yang sulit untuk dilupakan begitu saja.

Keputusannya untuk menutup pasokan artileri kepada pihak Israel dan membatalkan pusat riset teknologi, di Tel Aviv dan Amerika menimbulkan banyak pertanyaan, serta kerja keras bagi informan informan CIA dan agen agen intel di dunia.

Setelah menjual berberapa aset dan perusahaannya pada awal 2016, Kepergiannya meninggalkan semua pemberitaan negatif dan buruk mengenai dirinya, dan kembali ke tahun 1983 pada saat peristiwa hilangnya dan terbunuhnya berberapa ilmuwan asal Semarang hingga masuk dalam permasalahan HAM di Indonesia - Extrajudicial Executions of Suspected Criminals (Amnesty International 31 Oktober 1983).

Diafragma Algoritma Nuklir yang berbentuk 8.921 code linear tersebut, tidak benar benar jatuh ke pihak Soviet, namun tersimpan rapi di dalam liontin yang diberikan ayahnya.

Sang Hantu bukan hanya meninggalkan Indonesia, sejak lama, juga meninggalkan pesan moral, bahwa Anomali dalam sebuah tindakan dan pemikiran, bisa berbentuk apa saja dan menjadi siapa saja.

Saat bertemu dengan narasumber, salah satu jurnalis senior Indonesia, yang namanya minta di rahasiakan. Menurutnya tidak ada yang berbeda, sewaktu bertemu dan bicara selama 35 menit dengan Andrew Sano, di Singapura awal February 2016 silam.

Berpenampilan sederhana, kaos dan jeans dengan kacamata dan bersama putrinya yang berusia 1 tahun. Menceritakan pengalamannya pada waktu itu, dengan mengajukan dua pertanyaan.

You’re a mysterious person?

I don't like showing off

Feel guilty for being a weapons dealer in 2012?

Nope! Do you feel guilty for being a puppet of a global media? Oh well of course not

 

Sumber :
TIME 12th September 1983
Soviet Destroy and Shoot an Airliner

Daftar Referensi :

Washington Post 6 May 2012

The Daily News Hungary 19 Jan 2013

Russian News, Pravda, 21 Sep 2014
Independent Community Trust 2014
The Daily Journalist 2013
The Soviet Newspaper Izvestia 2010
Moscow Journal Nedelya April 1986
American LORANS-C Radio 1988 & 2013
1996 New York Post article Alvin Synder

Daftar Buku :

New Japan I

ISBN 9780847699285

New Japan II
ISBN 1209450799

Shootdown The Verdict on KAL 007
ISBN 139780701129835

KAL 007 Cover Up By. David Pearson
ISBN 1006771557165; 139780671557164

Inventing Reality
The Politics of Mass Media By. Michael Parenti
ISBN 9780312434731

Daftar Pustaka :

Buku Putih Perjuangan Mahasiswa 1978 Dewan Mahasiswa ITB Bandung

The book of Amnesty International 31 Oktober 1983

Tim Penerjemah :
Jason Wong
Patricia Ng
Alex Oey
Lukman Hakim, SH. MH
Binsar Sitorus, SH

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun