"Apa gunanya sebuah rumah jika Anda tidak memiliki planet untuk mendirikan rumah di atasnya?" - Henry David Thoreau
Planet bumi menghadapi ancaman serius dari sampah.Â
Salah satu kontributor terbesar adalah limbah yang dihasilkan dari rumah tangga. Menurut World Population Review (2024), sejak tahun 1950, manusia telah menghasilkan lebih dari 8 miliar ton plastik, namun hanya 9% yang berhasil didaur ulang.Â
Sampah ini tidak hanya mencemari tanah dan air, tetapi juga berdampak buruk bagi satwa liar dan seluruh makhluk hidup di bumi.
Masalah ini bukan hanya tantangan lokal, melainkan krisis global. Publikasi Polusi Plastik Global 2024 menempatkan Indonesia pada peringkat ke-8 sebagai negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia.Â
Berikut adalah peringkat 10 besar penghasil sampah plastik:
- Cina: 37,6 juta ton
- Amerika Serikat: 22,9 juta ton
- India: 7,4 juta ton
- Brazil: 4,9 juta ton
- Meksiko: 4 juta ton
- Jepang: 3,8 juta ton
- Jerman: 3,6 juta ton
- Indonesia: 3,4 juta ton
- Thailand: 3,4 juta ton
- Italia: 3,3 juta ton
Data Pengelolaan Sampah Indonesia
Menurut data SIPSN.menlhk.go.id (2024), Indonesia menghasilkan total sampah sebanyak 18.694.938,57 ton/tahun.Â
Dari jumlah tersebut, 58,19% atau sekitar 10,8 juta ton sampah berhasil dikelola, sementara 41,81% atau 7,8 juta ton sampah masih tidak terkelola. Angka sampah yang tidak terkelola ini masih sangat tinggi, dan perlu berbagai upaya untuk menurunkannya.
Salah satu langkah terbaik dalam mengatasi masalah sampah ini datang dari kota Surabaya.
Surabaya Sebagai Percontohan
Surabaya telah menunjukkan komitmen luar biasa dalam pengelolaan sampah dengan memanfaatkan bank sampah terpadu di setiap Rukun Warga (RW). Sebanyak 1.600 ton sampah dapat dikelola setiap harinya berkat upaya ini (Kompas, 2025).Â
Namun, yang paling mencolok adalah inovasi Surabaya dalam mengolah sampah menjadi sumber energi.
Pemkot Surabaya mendirikan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di Benowo, Surabaya, yang menggunakan metode Landfill Gas Power Plant.Â
Melalui teknologi ini, pada tahun 2021, sebanyak 1.000 ton sampah per hari dapat diolah menjadi 12 megawatt listrik. Dari hasil ini, 9 megawatt dijual ke PLN, 2 megawatt digunakan untuk kebutuhan operasional, dan 1 megawatt disiapkan untuk cadangan (redundant).
Dengan kapasitas 9 megawatt, Surabaya mampu menyuplai listrik untuk sekitar 5.885 rumah tangga dengan daya 1.300 VA di wilayah Surabaya dan sekitarnya (Waste4Change, 2022).Â
Dalam hal ini, ancaman sampah telah diubah menjadi peluang yang menguntungkan bagi Pemkot Surabaya dan masyarakat.
Solusi untuk Indonesia
Jika Surabaya bisa mengubah ancaman sampah menjadi peluang, mengapa kita tidak?
Kota-kota lain di Indonesia perlu mengikuti langkah Surabaya dalam memanfaatkan sampah sebagai sumber daya yang bermanfaat.Â
Langkah ini tidak hanya mengurangi beban lingkungan, tetapi juga menciptakan solusi berkelanjutan bagi masalah sampah yang semakin mengkhawatirkan. praktik baik ini juga sekaligus mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) spesifiknya pada SDG 7 Affordable and Clean EnergyÂ
Saatnya seluruh Indonesia meniru keberhasilan Surabaya untuk mewujudkan kota-kota bebas sampah dan lebih berkelanjutan. Jika kita bisa melakukannya, maka kita tidak hanya melindungi lingkungan, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat di seluruh negeri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H