Dengan melibatkan berbagai pihak terkait, regulasi pun diperkenalkan untuk mengurangi jumlah tempat pembakaran, yang akhirnya turun menjadi 1.000 lokasi. Langkah ini tidak hanya mengurangi polusi udara, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap kesehatan masyarakat di wilayah tersebut.
2. Platform Pemantauan Kemiskinan di Filipina
Pada tahun 2019, 20,8% penduduk Filipina diperkirakan hidup di bawah garis kemiskinan, dan angka ini semakin meningkat akibat dampak COVID-19. Untuk itu, dibutuhkan solusi cepat dan akurat untuk memetakan wilayah-wilayah miskin agar intervensi bisa dilakukan lebih efektif.
Dibuatlah model AI yang mampu memetakan estimasi kekayaan hingga tingkat wilayah terkecil di seluruh Filipina. Dengan kecepatan dan akurasi yang tinggi, model ini memberikan pemetaan yang sangat detail tentang tingkat kemiskinan di negara tersebut, memungkinkan pemerintah dan organisasi terkait untuk melakukan intervensi dengan lebih tepat sasaran.
3. Alat Pengendali Hama Gelombang Ultrasonik di Indonesia
Di Indonesia, Universitas Airlangga (UNAIR) melalui Instrumentation and Energy Research Community (IMERCY) telah mengembangkan alat pengendalian hama berbasis gelombang suara ultrasonik. Dengan menggunakan frekuensi antara 15 kHz - 20 kHz, alat ini efektif untuk mengusir hama seperti tikus dan burung emprit yang dapat merusak tanaman pertanian.
Teknologi ini membantu petani mengendalikan hama secara lebih ramah lingkungan dan hemat biaya dibandingkan dengan metode kimiawi, mendukung tercapainya SDGs terkait pertanian berkelanjutan dan kehidupan yang lebih sehat.
Ketiga praktik baik tersebut merupakan implementasi dari dari dukungan AI terhadap kemajuan SDGs, khususnya SDG 7 Affordable anda clean energy.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI