Mohon tunggu...
Agung Santoso
Agung Santoso Mohon Tunggu... Sejarawan - Peneliti isu - isu kemanusiaan.

Tertarik dengan isu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan / Sustainable Development Goals (TPB/SDGs)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memahami Kelas di Luar Kelas

21 November 2024   21:48 Diperbarui: 21 November 2024   22:06 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : www.hang.hu/

"Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia." Kutipan ini disematkan oleh Nelson Mandela, yang menggambarkan betapa besar peran pendidikan dalam membentuk masa depan. 

Biasanya, pendidikan kita tempuh mulai dari jenjang PAUD hingga Doktoral di dalam kelas-kelas formal. 

Namun, selain kelas dalam konteks pendidikan, ada juga "kelas" lain yang sering kali luput dari perhatian masyarakat, yaitu kelas sosial yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari.

Kelas apakah itu?

Dalam bukunya 1984, George Orwell menggambarkan secara tajam bagaimana struktur kelas sosial membentuk peradaban di setiap masa. Meskipun istilah yang digunakan mungkin berbeda, namun hakikatnya, ada tiga kelas utama yang dapat kita temui dalam masyarakat.

Pertama, Orwell menggambarkan kelas penguasa sebagai inner party, yaitu kelas elit yang memegang kontrol penuh atas pemerintahan, ekonomi, dan hampir semua aspek kehidupan. Mereka menikmati kemewahan, akses tak terbatas terhadap informasi, serta kekuasaan yang luar biasa. Kelas ini berada di puncak hierarki dan menjadi pengendali utama.

Kedua, outer party atau kelas pekerja adalah mereka yang bekerja untuk penguasa, menjalankan sebagian besar administrasi negara, dan mengelola aspek-aspek penting kehidupan sehari-hari. 

Mereka berpendidikan, memiliki pekerjaan, namun hidup mereka tetap dikendalikan dan dipantau oleh kelas penguasa. Meskipun memiliki pekerjaan dan penghidupan yang stabil, mereka tidak memiliki kontrol yang berarti atas keputusan-keputusan besar yang memengaruhi hidup mereka.

Ketiga, proles, yaitu kelas terpinggirkan. Mereka dianggap sebagai "sumber daya" yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kelas penguasa, namun kebebasan mereka sangat terbatas. Dalam dunia Orwell, mereka adalah orang-orang yang hidup dalam kemiskinan, terbatas oleh sistem yang ada, dan hampir tidak memiliki kesempatan untuk keluar dari status sosial mereka.

Lalu, di kelas mana Anda berada?

Dalam konteks modern, kelas penguasa adalah para CEO perusahaan besar yang menguasai sebagian besar sektor ekonomi di sebuah negara, serta politisi yang memegang kendali atas kebijakan publik. Mereka berada di posisi yang sangat kuat, dapat memengaruhi kebijakan ekonomi dan sosial, dan seringkali memiliki akses penuh terhadap kekuasaan.

Kelas pekerja, seperti pegawai negeri atau pekerja di perusahaan besar, berperan penting dalam perekonomian negara. Mereka memiliki pekerjaan dan pendidikan, namun mereka tetap tunduk pada kebijakan yang ditetapkan oleh kelas penguasa. Meskipun mereka memberikan kontribusi signifikan, posisi mereka tetap di bawah kelas elit yang memiliki kekuasaan dan kontrol lebih besar.

Sementara itu, kelas terpinggirkan termasuk pekerja kasar, buruh migran, dan masyarakat yang hidup dalam kemiskinan merupakan kelompok yang paling rentan. Mereka memiliki sedikit akses terhadap pendidikan dan peluang untuk memperbaiki kondisi hidup mereka, serta cenderung terpinggirkan dalam sistem ekonomi dan sosial yang ada.

Keterkaitan Kelas Sosial dan Pendidikan

Meskipun ruang kelas di sekolah dan kelas sosial memiliki konotasi yang berbeda, keduanya sangat berkaitan erat. Pendidikan formal, yang kita jalani di ruang kelas, menjadi jalan utama bagi seseorang untuk "naik kelas" dalam struktur sosial. 

Sebagai contoh, mereka yang memperoleh pendidikan tinggi berpotensi besar untuk meraih posisi yang lebih tinggi dalam hierarki sosial. Dengan bekal pendidikan, seseorang memiliki peluang untuk memasuki kelas pekerja yang lebih mapan, bahkan mungkin mencapai kelas penguasa, seperti yang banyak terlihat dalam berbagai kisah sukses di dunia korporasi.

Namun, kenyataannya tidak semua orang memiliki akses yang sama terhadap pendidikan yang berkualitas. Pendidikan formal sering kali tidak cukup untuk mengatasi kesenjangan sosial yang ada, terutama bagi mereka yang berasal dari kelas terpinggirkan. Meski memiliki potensi, banyak individu dari kelas bawah yang tidak bisa "melenting" ke kelas sosial yang lebih tinggi karena berbagai kendala, seperti biaya pendidikan, akses yang terbatas, atau bahkan diskriminasi sosial. 

Hal inilah yang kemudian menjadi spirit perjuangan yang dikristalkan dalam agenda Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya tujuan ke 4 Quality Education yang bertujuan untuk menjamin kualitas Pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua (bappenas, 2024).

Setelah anda memahami dimana kelas anda berada, kita patut bersyukur bukan menjadi warga negara yang ada dalam novel 1984 yang dicekam oleh pemerintahan totaliter. Kita masih memiliki kesempatan untuk naik kelas tanpa mendapatkan pembatasan dari negara. Sederhananya, kita bebas memilih kelas mana yang ingin kita tinggali, tentu dengan tebusan yang setara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun