Dalam konteks modern, kelas penguasa adalah para CEO perusahaan besar yang menguasai sebagian besar sektor ekonomi di sebuah negara, serta politisi yang memegang kendali atas kebijakan publik. Mereka berada di posisi yang sangat kuat, dapat memengaruhi kebijakan ekonomi dan sosial, dan seringkali memiliki akses penuh terhadap kekuasaan.
Kelas pekerja, seperti pegawai negeri atau pekerja di perusahaan besar, berperan penting dalam perekonomian negara. Mereka memiliki pekerjaan dan pendidikan, namun mereka tetap tunduk pada kebijakan yang ditetapkan oleh kelas penguasa. Meskipun mereka memberikan kontribusi signifikan, posisi mereka tetap di bawah kelas elit yang memiliki kekuasaan dan kontrol lebih besar.
Sementara itu, kelas terpinggirkan termasuk pekerja kasar, buruh migran, dan masyarakat yang hidup dalam kemiskinan merupakan kelompok yang paling rentan. Mereka memiliki sedikit akses terhadap pendidikan dan peluang untuk memperbaiki kondisi hidup mereka, serta cenderung terpinggirkan dalam sistem ekonomi dan sosial yang ada.
Keterkaitan Kelas Sosial dan Pendidikan
Meskipun ruang kelas di sekolah dan kelas sosial memiliki konotasi yang berbeda, keduanya sangat berkaitan erat. Pendidikan formal, yang kita jalani di ruang kelas, menjadi jalan utama bagi seseorang untuk "naik kelas" dalam struktur sosial.Â
Sebagai contoh, mereka yang memperoleh pendidikan tinggi berpotensi besar untuk meraih posisi yang lebih tinggi dalam hierarki sosial. Dengan bekal pendidikan, seseorang memiliki peluang untuk memasuki kelas pekerja yang lebih mapan, bahkan mungkin mencapai kelas penguasa, seperti yang banyak terlihat dalam berbagai kisah sukses di dunia korporasi.
Namun, kenyataannya tidak semua orang memiliki akses yang sama terhadap pendidikan yang berkualitas. Pendidikan formal sering kali tidak cukup untuk mengatasi kesenjangan sosial yang ada, terutama bagi mereka yang berasal dari kelas terpinggirkan. Meski memiliki potensi, banyak individu dari kelas bawah yang tidak bisa "melenting" ke kelas sosial yang lebih tinggi karena berbagai kendala, seperti biaya pendidikan, akses yang terbatas, atau bahkan diskriminasi sosial.Â
Hal inilah yang kemudian menjadi spirit perjuangan yang dikristalkan dalam agenda Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya tujuan ke 4 Quality Education yang bertujuan untuk menjamin kualitas Pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua (bappenas, 2024).
Setelah anda memahami dimana kelas anda berada, kita patut bersyukur bukan menjadi warga negara yang ada dalam novel 1984 yang dicekam oleh pemerintahan totaliter. Kita masih memiliki kesempatan untuk naik kelas tanpa mendapatkan pembatasan dari negara. Sederhananya, kita bebas memilih kelas mana yang ingin kita tinggali, tentu dengan tebusan yang setara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H