Mohon tunggu...
Agung Santoso
Agung Santoso Mohon Tunggu... Sejarawan - Peneliti isu - isu kemanusiaan.

Tertarik dengan isu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan / Sustainable Development Goals (TPB/SDGs)

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Menguji Kesaktian Dukun Kultural dan Dukun Intelektual Menjelang Pilkada 2024

10 November 2024   20:39 Diperbarui: 10 November 2024   20:50 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makna ini memberikan pemahaman yang lebih luas tentang dukun, tidak terbatas pada unsur magis, tetapi juga keahlian praktis yang dipercaya masyarakat.

Demand Dukun Kultural dan Dukun Intelektual

Dalam konteks perebutan kekuasaan seorang penguasa harus ingat bahwa apa pun yang mendatangkan keberhasilan adalah karena kekuasaan. Machiavelli mengungkapkan Untuk memperoleh kekuasaan politik, ia dapat menggunakan segala jenis cara, semua politik adalah politik kekuasaan (rgu.ac.in, 2021). Pilkada merupakan kontestasi perebutan kuasa.

Secara historis kekuasaan jawa bermula dari wisik dukun kultural, sebut saja kemaharajaan ken arok yang bermula dari ramalan pendeta Lohgawe, joko tingkir naik tahta sesuai ramalan Sunan Giri, begitupula dengan ramlan panembahan senopati sebagai raja alas mentaok. Dukun kultural melekat erat dengan perebutan kekuasan hingga hari ini.

Disisi lain, Dukun intelektual yang merupakan produk dari Ilmu Pengetahuan modern, melembaga dan menjadi entitas baru dalam konteks perebutan kuasa. Meminjam istilah Antonio Gramscy, dukun intelektual adalah "intelektual organic" yang memanfaatkan pengetahuan dan analisis untuk memengaruhi opini publik atau memberikan wawasan dalam pengambilan keputusan yang penting bagi pengguna. 

Umumnya personilnya berisi pakar, akademisi dan konsultan politik, yang menyediakan seperangkat metodologi, data, dan taktik praktis ilmiah untuk mencapai tujuan memperoleh kekuasaan.

Fenomena ini menunjukkan bahwa dalam konteks Pilkada, kepercayaan masyarakat terhadap dukun, baik yang kultural maupun intelektual, tetap menjadi bagian integral dalam proses demokrasi. 

Di tengah persaingan politik yang ketat, kesaktian dukun masih dipercaya sebagai faktor yang mampu memengaruhi hasil akhir sebuah perpaduan unik antara warisan budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam demokrasi Indonesia. lantas mana yang lebih sakti? Silahkan tunggu hasil penghitungan suara pasca pilkada 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun