Dalam uji polimer mikroplastik yang dilakukan oleh ECOTON, ditemukan bahwa persentase tertinggi mikroplastik dalam tubuh manusia terdiri dari 35,79% PET (botol plastik sekali pakai), 19,38% PS (styrofoam), 14,38% PVC (pipa), 13,11% Other (sachet), 12,98% PP (tutup botol, wadah microwave), 2,31% LDPE (kantong plastik), dan 1,58% HDPE (wadah personal care).
Rafika Aprilianti, kepala laboratorium mikroplastik, menjelaskan bahwa "Adanya mikroplastik ini bisa menjadi bom waktu bagi kesehatan manusia. Memang bahayanya tidak langsung terlihat, tapi mikroplastik secara perlahan menyusup dalam tubuh kita bahkan dalam janin dalam ibu hamil. Plastik tersusun dari 16.000 senyawa kimia, dan senyawa tersebut termasuk dalam senyawa pengganggu hormon, sehingga berpotensi menyebabkan penyakit kanker, diabetes melitus, dan penyakit bawaan lainnya."
Fenomena mikroplastik jelas mengancam kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.Â
Upaya untuk menangani isu ini telah menjadi agenda penting Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 3 (Good Health and Well-being) dan SDG 12 (Responsible Consumption and Production).
Penting bagi individu untuk menyadari dampak dari pilihan konsumsi mereka. Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, beralih ke kemasan ramah lingkungan, dan memilih produk yang berkelanjutan adalah langkah-langkah konkret yang dapat diambil untuk mendukung kehidupan yang lebih baik dan berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H