"Konsumerisme merupakan budaya konsumsi modern yang menimbulkan hasrat untuk mengkonsumsi sesuatu secara terus menerus." - Jean BaudrillardÂ
Dunia modern adalah dunia yang serba cepat, praktis, dan ekonomis. Menurut UN Environment Programme (UNEP) 300 juta ton plastik diproduksi setiap tahun, dan tidak semuanya didaur ulang. Sekitar 50 persen plastik hanya digunakan sekali dan dibuang (plasticoceans.org,2024).Â
Jumlah tersebut setara dengan berat seluruh populasi manusia. Dalam konteks ini, konsumsi makanan yang dikemas dalam plastik menjadi norma baru yang sulit dihindari.Â
Kesukaran-kesukaran yang dulu dialami kini telah dipermudah dengan desain yang mempermudah manusia untuk mengakses segala sesuatu, termasuk makanan.
Charles Duhigg dalam bukunya The Power of Habit secara gamblang menceritakan bagaimana segelintir ahli psikologi perilaku yang didanai oleh korporasi menciptakan strategi marketing massal yang memungkinkan masyarakat berperilaku konsumtif.Â
Hal ini menyebabkan banyak individu tanpa sadar memilih kemasan plastik karena kemudahan dan aksesibilitasnya, tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang bagi kesehatan dan lingkungan.
Dampak Mengerikan
Ecological Observation and Wetlands Conservation (ECOTON) Foundation, sebagai mitra dan peserta pameran di SDGs Festival UNAIR, mengungkap fakta mengejutkan dalam materi pamerannya.Â
ECOTON menyajikan tema "Exhibition Human Plastic" yang terinspirasi dari banyaknya temuan bahwa organ tubuh manusia sudah terkontaminasi mikroplastik.Â
Penelitian menunjukkan bahwa mikroplastik telah terdeteksi di berbagai organ, termasuk otak, paru-paru, hati, ginjal, urin, testis, sperma, kulit, ASI ibu hamil, dan bahkan pada cairan amnion serta plasenta janin.