"Hal-hal sederhana juga merupakan hal yang paling luar biasa, dan hanya orang bijak yang dapat melihatnya." - Paulo Coelho
Kebutuhan setiap mahluk hidup adalah makan dan minum.Â
Keduanya mutlak dibutuhkan, bahkan menjadi penyebab hilangnya kehidupan ketika kebutuhan tersebut tak terpenuhi.Â
Anda berharap saya akan membahas data Food and Agriculture Organization (FAO) yang menyatakan 9,2 persen atau setara 735,1 juta orang didunia kini tengah menderita kelaparan bukan?Â
Atau tujuan SDG mana yang spesifik menangani isu kelaparan?Â
Kali ini tidak. Saya tidak akan membahas itu.Â
Kita persempit cara pandang kita mengenai makan minum orang-orang di dunia menjadi spesifik makan minum yang kita konsumsi sehari-hari.
Orang umumnya makan tiga kali sehari, dengan menu yang berbeda-beda.Â
Sementara menu makanan yang ada sangat beragam mulai yang berkuah, goreng, rebus, bakar, kukus, bahkan fermentasi.Â
Dan setiap orang memiliki preferensinya masing-masing tak bisa dipaksakan jika tertarik maka otomatis jadi menu favorit jika tidak berarti bukan favorit persis petuah penulis buku sang alkemis,
"Seseorang dicintai karena ia dicintai. Tidak diperlukan alasan untuk mencintai."Â
Benar, memang benar selalu ada preferensi pribadi dalam memilih apapun tak terkecuali itu makanan dan minuman.Â
Namun seluruh preferensi yang ada akan runtuh, yang semula cenderung beraliran makanan diolah secara berkuah, panggang, bakar, rebus, kukus, goreng dll hilang selera ketika menemui satu hal yaitu sakit.Â
Semua preferensi yang sebelumnya diminati tak sedikitpun bisa dinikmati jika kondisi tubuh sedang sakit, dan seketika preferensinya berubah menjadi keingingan untuk sehat.
Sakit merupakan sekarat versi lite, preferensi makanan ternyata berpengaruh terhadap organ-organ tubuh. Jika preferensi asupan makanan baik, dan bergizi, tentu tubuh semakin sehat.Â
Namun jika preferensi makanan yang dipilih tidak sehat, jorok, dsb maka barangtentu tidak baik bagi Kesehatan tubuh.Â
Celakanya, semua orang menganggap preferensi yang dipilih merupakan yang paling baik dan paling menyehatkan, itu tidak salah namun yang ia lupa bahwa ia bukan dokter dan juga bukan tuhan yang bisa menilai preferensi yang paling benar dan menyehatkan.
Dinamika seni hidup ini tergambar lugas dalam kutipan buku sang AlkemisÂ
"Setiap orang tampaknya mempunyai gagasan yang jelas tentang bagaimana orang lain harus menjalani hidup mereka, tetapi tidak ada satupun yang memiliki gagasan yang jelas mengenai kehidupannya sendiri." -- Paulo Coelho
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H