"Politik adalah perang tanpa pertumpahan darah, sedangkan perang adalah politik dengan pertumpahan darah." - Mao Zedong
 Kurang dari dua bulan gelaran Pemilu 2024 dilaksanakan.Â
Mesin-mesin partai telah bergerak menyusuri pemukiman di gang-gang, bantaran Sungai, kampung, bahkan perumahan elite di kota Surabaya.
Dari 5 dapil yang ada, perhatian saya tertuju pada dapil empat kota Surabaya yang terdiri dari kecamatan wonokromo, Gayungan, Jambangan, Sukomanunggal, dan Sawahan.Â
Sebenarnya tidak ada alasan khusus mengapa dapil ini menarik melainkan hanya karena saya sering sekedar "nyangkruk" untuk ngopi bersama teman-teman di wilayah tersebut.Â
Surabaya memang khas dengan budaya nyangruknya, hal inilah yang kemudian membuat saya mendengar percakapan-percakapan meja sebelah tentang orang-orang yang dianggap sebagai wakil masyarakat di dapil 4.Â
Seperti kita tahu, Wakil Rakyat dapil 4 Surabaya 2014-2019 di DPRD Surabaya yang terpilih dalam Pemilu Legislatif lalu adalah sebagai berikut:
- Mazlan Mansyur (PKB)
- Reny Astuti (PKS)
- Armudji (PDIP)
- Dyah Katarina (PDIP)
- Sukadar (PDIP)
- Agoeng Prasodjo (GOLKAR)
- H Darmawan (GERINDRA)
- Ratih Retnowati (DEMOKRAT)
- Ghofir Ismail (PAN)
- Edi Rachmat (HANURA)
Kemudian pada periode 2019-2024, komposisinya diisi oleh:
- Sukadar (PDIP)
- Riswanto (PDIP)
- Bahtiyar Rifai (Gerindra)
- Reni Astuti (PKS)
- Badru Tamam (PKB)
- Agoeng Prasodjo (Golkar)
- Ratih Retnowati (Demokrat)
- Dyah Katarina (PDIP)
- Ghofar Ismail (PAN)
- Tjutjuk Supariono (PSI)
Data ini memberikan gambaran bahwa secara umum PDIP masih menjadi partai terkuat di dapil 4 kota Surabaya.Â
Sementara Golkar dan Demokrat satu strip di bawahnya.Â
Kemudian Gerindra dan PKB mengalami pergantian pemain namun tetap eksis mendapatkan kursi.Â
Hal yang menarik untuk kita lihat secara seksama adalah masuknya pemain baru dari PSI yang mendapatkan kursi di dapil 4 kota Surabaya.
Dinamika pergeseran "person" dalam menduduki kursi keramat dapil 4 kota Surabaya memang sudah kian terlihat.Â
Tentu banyak faktor yang melatarbelakangi pergeseran itu terjadi, beberapa hal yang mungkin menjadi penyebabnya, dalam catatan saya yang saya kumpulkan dari berbagai sumber di jejaring internet setidaknya ada 10 faktor yang menyebabkan seorang anggota DPR tidak terpilih kembali ketika mencalonkan, rinciannya sebagai berikut:
- Kinerja yang Kurang Memuaskan
- Pelanggaran Etika
- Ketidaksesuaian dengan Harapan Konstituen
- Perubahan Preferensi Partai atau Koalisi
- Kondisi Politik Lokal yang Dinamis
- Ketidakpuasan Publik Terhadap Kebijakan
- Pergantian Kader Partai
- Kampanye yang Kurang Efektif
- Perubahan Demografis di Daerah Pemilihan
- Pergeseran Opini Publik
Kesemua poin tersebut tentu merupakan hal yang sangat bisa diperdebatkan dengan berbagai pisau analisis.Â
Hanya saja, hal-hal tersebut merupakan sebuah pola umum yang secara sederhana dapat ditangkap publik untuk menjadi penanda kualitas dari DPRD Kota Surabaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H