"Jalmo Moro, Jalmo Mati" (Mereka yang tiba-tiba datang, tiba-tiba meninggal)
Demikian deskripsi tanah Jawa yang terkenal sebagai wilayah paling sulit dihuni manusia (Aidah, 2021). Tanah Jawa dalam sumber-sumber lama konon merupakan tanah yang banyak dihuni oleh kalangan jin.
Dalam sumber yang lain, orang Jawa dijelaskan masih keturunan Nabi Syist putra Kinasih Nabi Adam, ada juga yang mengatakan bangsa Jawa adalah anak turun dari Ajisaka.
Bangsa Jawa merupakan bangsa yang sudah besar, dengan konsep kepercayaan Kapitayan. Masuknya ajaran Hindu, Budha, Islam, dan Kristen ke tanah Jawa tak serta merta menghapus falsafah hidup Kapitayan manusia Jawa.
Coba kulik bagaimana Kanjeng Sunan Kalijogo dan para wali menyebarkan Islam di tanah Jawa, juga Kiyai Sadrach dan Ibrahim Tunggul Wulung membumikan agama Kristen. Anda pasti akan sepakat dengan yang saya maksud.
Seorang peneliti kondang dunia pesantren bernama Zamakhsyari Dhofier, mendefinisikan santri berasal dari Bahasa India yang mempunyai arti orang yang mengetahui tentang buku-buku suci agama Hindu atau ahli kitab suci agama Hindu. Secara umum dapat mencakup buku-buku suci, buku-buku agama ataupun buku-buku tentang ilmu pengetahuan.Â
Sementara Nurcholish Madjid (Cak Nur) berpendapat santri sebetulnya berasal dari bahasa Jawa yakni "cantrik" yang bermakna "orang atau murid yang selalu mengikuti gurunya"Â
Lain lagi dengan KH Mustofa Bisri (Gus Mus) yang mendefinisikan santri adalah murid kiai yang dididik dengan kasih sayang untuk menjadi mukmin yang kuat (yang tidak goyah imannya oleh pergaulan, kepentingan, dan adanya perbedaan).Â
Tinggal pilih, mana definisi yang cocok bagi cara pikir Anda, yang pasti santri kini telah menjadi salah satu entitas yang eksis dalam masyarakat.
Dimensi Mistik
Sebelum lebih jauh masuk, saya ingatkan Anda kacamata Barat hingga kiamat tidak akan pernah bisa memahami budaya Timur.Â
Tak pernah ada dalam kebudayaan orang-orang Barat jika ada manusia yang bisa menjilat bara api tanpa lidahnya terluka sedikitpun, seperti yang dilakukan komunitas Sastra Jendra Hayuningrat Pangaruwating Diyu.Â
Orang Barat tak sampai logikanya untuk merasionalkan manusia dilindas mobil tapi tetap hidup. Manusia berjalan di atas bara api dan beling kakinya tetap utuh tanpa cidera.
Saya juga berharap Anda masih mengingat istilah ini, "ditumbak lakak-lakak, dibedil mecicil, ora tedhas tapak paluning pande". Kesemuanya adalah kearifan lokal Jawa yang unik dan berharga.Â
Santri, sebagai bagian dari penduduk Jawa yang "gondelan jubahe kanjeng nabi" juga sama menariknya.Â
Sebuah kutipan yang hampir seluruh kaum santri pahami dan pegang misalnya, "Santri itu kalah rupo, menang dungo, kalah duit menang wirid, kalah pangkat menang tirakat."
22 Oktober 2023 yang bertepatan dengan Hari Santri ini, mengingatkan saya pada pemahaman kebangsaan yang istimewa dari Presiden Soekarno yang tercermin dalam buah pikirnya,Â
"Kalau jadi Hindu, jangan jadi orang India. Kalau jadi Islam, jangan jadi orang Arab. Kalau jadi Kristen, jangan jadi orang Yahudi. Tetaplah jadi orang Indonesia dengan adat budaya Nusantara yang kaya raya ini."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H