Dalam peringatan hari ulang tahun ke-78 kemerdekaan Republik Indonesia, pemerintah provinsi DKI Jakarta menginisiasi pegelaran Istana Berkebaya sebagai wujud nyata untuk mendukung tradisi berkebaya sebagai warisan budaya tak benda.Â
Istana Berkebaya adalah sebuah perhelatan fashion yang akan diikuti oleh 401 peserta yang akan berjalan di atas catwalk sepanjang 200 meter.
Selain itu, acara ini akan dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan seni tari dan musik, panggung budaya, serta area pameran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Acara dihadiri langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ibu Negara Iriana Jokowi (6/8/2023).
Kebaya sangat dekat dengan perempuan Indonesia, meskipun banyak diidentikkan dengan pakaian milik para wanita Asia Tenggara namun kebaya tetaplah tak bisa dipisahkan dari sejarah wanita Indonesia.Â
Menurut catatan Gubernur Hindia Belanda Thomas Stamford Raffles dalam karyanya History of Java (1817) menyebutkan awalnya, kebaya diyakini berasal dari Kerajaan Majapahit (berkuasa hingga 1389), dan dipakai oleh permaisuri dan selir untuk menutupi tubuh yang hanya beralas kemben.Â
Saat itu, kemben merupakan pakaian utama yang digunakan. Namun, ketika Islam masuk ke Nusantara, perempuan di kraton mulai menutupi tubuh mereka dengan kain tambahan yang membentuk kebaya seperti yang kita kenal sekarang.
Selanjutnya, kebaya menjadi pakaian resmi bagi perempuan di kraton Jawa pada Abad ke-V, menggunakan bahan seperti beludru, sutra, atau brokat yang dipadukan dengan bros dan kain panjang.Â
Masyarakat biasa juga mengenakan kebaya, tetapi dengan bahan yang lebih ringan seperti kain tisu atau sifon tanpa hiasan bros, namun tetap menggunakan kain panjang.Â
Sementara menurut Denys Lombard dalam bukunya Nusa Jawa: Silang Budaya (1996), kebaya memiliki asal-usul dari bahasa Arab 'Kaba', yang berarti 'pakaian', dan diperkenalkan melalui bahasa Portugis ketika mereka tiba di Asia Tenggara.Â
Istilah kebaya mengacu pada jenis pakaian (atasan/blus) yang pertama kali dikenakan oleh perempuan Indonesia pada abad ke-15 atau ke-16 Masehi.Â
Kemudian menurut Profesor Sejarah fesyen Amerika Serikat, Linda Welters dan Abby Lillethun dalam buku Fashion History: A Global View menyebutkan jika kebaya berasal dari kata Portugis "caba" atau "cabaya" yang diartikan "tunik"Â
Ketiga pakar tersebut tentu boleh memiliki hipotesis darimana akar Sejarah kebaya berasal, yang pasti akar itu telah lama tumbuh dan menjalar secara mendalam di tanah Indonesia.Â
Hal ini terbukti dengan varietas kebaya yang beragam seperti Kebaya Kartini, Kebaya Kutubaru dan Kebaya Jawa.Â
Dalam keterangan jurnal Fita Fitria dan Novita Wahyuningsih, Program Studi Seni Murni Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Sebelas Maret Surakarta mencatat beberapa jenis kebaya yang ada, diantaranya ialah :Â
Kebaya TradisionalÂ
Kebaya tradisional merupakan bentuk asli dari kebaya, dan terdiri dari dua jenis model, yaitu kebaya kartini dan kebaya kutu baru. Kedua jenis kebaya ini telah berkembang menjadi berbagai macam kebaya lainnya, termasuk kebaya encim dan kebaya modern.
Kebaya EncimÂ
Kebaya encim menunjukkan adanya pengaruh budaya China, karena encim adalah sebutan untuk wanita paruh baya dari etnis China. Kebaya ini terbuat dari kain yang halus dengan sentuhan border, payet, dan pelipit sebagai hiasan pada bagian tertentu. Kebaya ini umumnya digunakan oleh perempuan etnis China.
Kebaya ModernÂ
Seperti namanya, kebaya modern merupakan jenis kebaya yang telah mengalami sentuhan modern dalam desainnya. Bentuk dan pola kebaya modern tidak mutlak mengikuti kebaya asli. Beberapa bagian kebaya telah mengalami perubahan, termasuk dalam hal hiasan, bahan, corak, dan mode yang mengikuti tren terkini. Salah satu bentuk kebaya modern adalah kebaya modifikasi yang banyak dipakai oleh perancang busana tradisional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H