Mohon tunggu...
Agung Santoso
Agung Santoso Mohon Tunggu... Sejarawan - Peneliti isu - isu kemanusiaan.

Tertarik dengan isu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan / Sustainable Development Goals (TPB/SDGs)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengintip Keseruan Istana Berkebaya, Bagaimana Sejarahnya?

6 Agustus 2023   20:54 Diperbarui: 6 Agustus 2023   20:59 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam peringatan hari ulang tahun ke-78 kemerdekaan Republik Indonesia, pemerintah provinsi DKI Jakarta menginisiasi pegelaran Istana Berkebaya sebagai wujud nyata untuk mendukung tradisi berkebaya sebagai warisan budaya tak benda. 

Istana Berkebaya adalah sebuah perhelatan fashion yang akan diikuti oleh 401 peserta yang akan berjalan di atas catwalk sepanjang 200 meter.

Selain itu, acara ini akan dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan seni tari dan musik, panggung budaya, serta area pameran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Acara dihadiri langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ibu Negara Iriana Jokowi (6/8/2023).

Kebaya sangat dekat dengan perempuan Indonesia, meskipun banyak diidentikkan dengan pakaian milik para wanita Asia Tenggara namun kebaya tetaplah tak bisa dipisahkan dari sejarah wanita Indonesia. 

Menurut catatan Gubernur Hindia Belanda Thomas Stamford Raffles dalam karyanya History of Java (1817) menyebutkan awalnya, kebaya diyakini berasal dari Kerajaan Majapahit (berkuasa hingga 1389), dan dipakai oleh permaisuri dan selir untuk menutupi tubuh yang hanya beralas kemben. 

Saat itu, kemben merupakan pakaian utama yang digunakan. Namun, ketika Islam masuk ke Nusantara, perempuan di kraton mulai menutupi tubuh mereka dengan kain tambahan yang membentuk kebaya seperti yang kita kenal sekarang.

Selanjutnya, kebaya menjadi pakaian resmi bagi perempuan di kraton Jawa pada Abad ke-V, menggunakan bahan seperti beludru, sutra, atau brokat yang dipadukan dengan bros dan kain panjang. 

Masyarakat biasa juga mengenakan kebaya, tetapi dengan bahan yang lebih ringan seperti kain tisu atau sifon tanpa hiasan bros, namun tetap menggunakan kain panjang. 

Sementara menurut Denys Lombard dalam bukunya Nusa Jawa: Silang Budaya (1996), kebaya memiliki asal-usul dari bahasa Arab 'Kaba', yang berarti 'pakaian', dan diperkenalkan melalui bahasa Portugis ketika mereka tiba di Asia Tenggara. 

Istilah kebaya mengacu pada jenis pakaian (atasan/blus) yang pertama kali dikenakan oleh perempuan Indonesia pada abad ke-15 atau ke-16 Masehi. 

Kemudian menurut Profesor Sejarah fesyen Amerika Serikat, Linda Welters dan Abby Lillethun dalam buku Fashion History: A Global View menyebutkan jika kebaya berasal dari kata Portugis "caba" atau "cabaya" yang diartikan "tunik" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun