Fenomena tersebut berpilin dan berputar-putar ditempat menjadi negative feedback.Kerjasama tim tidak optimal mengakibatkan tidak berkembangnya permainan dan tidak berkembangnya permainan mengakibatkan kerjasama tim semakin terkendala, demikian seterusnya.
4. Minimnya variasi skema penyerangan
Syarat utama bisa menciptkan macam-macam variasi skema serangan tentunya adalah terbangunnya lebih dulu permainan yang kolektif. Hanya dengan permainan kolektif dimungkinkan untuk menjalankan skema-skema serangan tersebut.
Beberapa tahun yang lalu penulis sempat mendengarkan ulasan komentator TV luar negera, masih dalam kawasan Asean, yang mengatakan bahwa kelemahan Timnas Indonesia adalah pada kolektivitas permainan dan kreativitas penyelesaian akhirnya. Sepenuhnya penulis setuju dengan pendapat seperti itu.
Kenyataannya yang terjadi timnas kita suka sekali bermain dari sayap, mengandalkan kecepatan dan kekuatan pemainnya di bagian itu. Di Timnas senior kita punya Andik. Timnas U-22 kita ada Febri dan seterusnya. Â
Kita tidak punya terlalu banyak pemain yang jago dalam mengeksplorasi lapangan tengah, setidaknya dari yang kita lihat pada materi yang diangkut ke Timnas. Akibatnya serangan sering macet jika umpan-umpan dari dan ke pemain sayap bisa diantisipasi atau digagalkan oleh lawan.
Menurut pengamatan penulis kita pernah punya timnas yang cukup lengkap, yang baik ketika bermain dari sayap, sekaligus handal dengan permainan tengah lapangan. Kejadiannya ketika Sea Games 2011 di Jakarta, salah satunya ya. Dan itulah antara timnas terbaik sebetulnya, bisa dibilang begitu.Â
Buktinya saat itu kita bisa mengalahkan Thailand dan Vietnam, di samping tim-tim lainnya. Ketika itu di bagian sayap ada nama-nama Okto dan Andik. Sementara di tengah lapangan kita beruntung punya barisan pemain seperti Tibo dan Wanggai, untuk menyebut contoh saja.
Sekarang pun penulis yakin cukup banyak stok pemain seperti itu. Tetapi entah di mana masalahnya mereka itu sebagiannya tidak terpilih masuk timnas. Banyak pertanyaan dari pencinta bola tanah air tentang mengapa si anu tidak terpilih malah yang terpilih yang lain pula. Memang tidak ada mekanisme seleksi yang obyektif selain dari penilaian pembina atau pelatih itu sendiri.
5. Kurikulum pembinaan
Tidakkah menjadi perhatian kita, mengapa kerjasama umpan-umpan pemain kita masih sering tidak berjalan mulus, utamanya ketika menghadapi tim-tim sederajad. Umpan-umpan mereka juga tergolong lambat, agak kurang mempunyai kecepatan serta tenaga sehingga mudah diintersep atau ditebak arahnya.