Lagi pula yang sering terjadi kalau kemudian saat bola "dipermainkan" itu lalu dikejar pemain lawan, kebanyakannya pemain kita terlambat mengelak atau menghindar.Sering pula malah panik serta melepaskan bola atau umpan dengan secara terburu-buru dan tidak akurat.Â
Permainan pun terputus sebelum berkembang. Selain itu juga, sehabis ritual putar-putar bola itu kebiasaannya akan dilanjutkan dengan umpan panjang ke depan yang gagal, karena arahnya sudah diantisipasi lawan... Jadi, tepatkah menarik pemain lawan keluar dari daerahnya dengan kaidah "klasik" seperti itu?
Mengapa mereka tidak memainkan bola itu sambil dibawa bersama bergerak ke depan secara tim dengan umpan-umpan tiki taka atau apapun itu istilahnya? Padahalnya, masyarakat sudah lama sebenarnya ingin melihat timnas bermain seperti itu, setidaknya bisa seperti yang telah ditunjukkan oleh tim-tim negara jiran kita misalnya Thailand dan Vietnam.Â
Ini dikarenakan pertama toh yang dituju atau golnya ada di depan, dan keduanya bukankah dengan ball possession di daerah lawan itulah sesungguhnya yang justru bisa mengoyak konsentrasi lawan untuk kemudian bisa menciptakan peluang menusuk jantung pertahanan?
Skenario atau pemandangan minor seperti ini sudah sangat melelahkan sebetulnya. Perlu ditegaskan bahwa ini tidak bermaksud mendiskreditkan mana-mana pembina, karena ini terjadi di semua level timnas kita sebenarnya. Dan entah akan bertahan sampai kapan. Jadi selepas ini jangan terburu bangga dengan stastistik kononnya ballpossessionkita lebih unggul dibanding lawan. Setuju?
3. Kerjasama tim masih bermasalah
Terlalu sering kita dengar ulasan yang mengatakan tembok pertahanan lawan terlalu kokoh untuk ditembus penyerang-penyerang kita. Betulkah halnya terjadi seperti itu? Kalau menembusnya dengan gerakan individu (mengandalkan pemain sayap misalnya) apalagi tidak disokong dengan gerakan tanpa bola oleh kawan-kawannya ya otomatislah akan kesulitan menembus organisasi permainan lawan yang sudah established.Â
Untuk lawan yang lebih rendah peringkatnya bisalah pemain kita melewati dengan memanfaatkan keunggulan teknik individu. Tetapi teknik individu satu dua orang tidak akan bisa mengalahkan organisasi pertahanan lawan yang teknik individunya juga tidak di bawah kita!
Kerjasama tim yng belum kompak termanifestasi di lapangan dengan kejadian-kejadian pemain sering bermain secara individu, berlama-lama membawa bola padahal pemain lain ada yang sudah siap menyambut umpan atau sebaliknya pemain lain tidak pandai mencari posisi.Â
Pemain tersebut mudah diganggu, dihentikan, bolanya direbut atau dipaksa memberikan umpan yang terburu-buru atau tidak akurat. Kelambatan menghantar umpan menyebabkan hilangnya momentum dan peluang. Paling sering pergerakan bola gampang diprediksi dan digagalkan. Itulah yang sering dikatakan sebagai kokohnya tembok pertahanan lawan.
Semua itu bermuara pada tidak berjalannya taktik serta strategi permainan sebagaimana yang diharapkan. Selanjutnya pemain malah bisa juga mengalami semacam frustasi dan kehilangan kepercayaan diri. Inilah kemudian yang mendorong pemain bermain tidak sabar dan mencari jalan pintas: melambungkan umpan-umpan panjang ke depan atau directplay.