Mohon tunggu...
Muh Alvan Saefulloh
Muh Alvan Saefulloh Mohon Tunggu... Mahasiswa - ꜱᴛᴜᴅᴇɴᴛ ᴀᴛ ᴅᴇᴘᴀʀᴛᴍᴇɴᴛ ᴏꜰ ᴘᴜʙʟɪᴄ ʀᴇʟᴀᴛɪᴏɴꜱ

ᴀᴋᴛɪᴠɪꜱ | ᴘᴜʙʟɪᴄ ꜱᴘᴇᴀᴋᴇʀ | ᴀᴜᴛʜᴏʀ | ᴇᴅᴜᴄᴀᴛᴏʀ |

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menilik Makna Guru dari Filosofi "Digugu dan Ditiru" Hingga Inspirasi Munif Chatib

6 November 2024   19:50 Diperbarui: 11 Januari 2025   06:30 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guru itu kalau kata Iqbal Dhiafakhri Ramadhan (dan akhir-akhir ini juga dikenal dengan sebutan BAALE) dalam Film-nya "Dilan 1990", guru itu digugu dan ditiru. Artinya setiap apa yang di sampaikan oleh guru, maka oleh siswa-nya harus di gugu (di turut). Setiap apa yang di lakukan oleh guru, maka perlu di tiru. Misalnya, dalam tayangan film tersebut, ada adegan dimana seorang guru SMA memukul siswa-nya, tiada lain dan tiada bukan siswa-nya adalah Dilan. Singkatnya, Dilan yang dianggap oleh gurunya sebagai siswa yang selalu membuat onar dan kerusuhan di sekolah. Gurunya pun merasa jengkel, dan kesabaran-nya pun habis sampai pada akhirnya gurunya itu memukul Dilan. Namun, seorang Dilan pun tidak diam begitu saja, dia merasa tidak adil, dan akhirnya dia pun memukul balik gurunya itu. Nah, disinilah awal mula Dilan memberikan pendapatnya bahwa guru itu di gugu dan di tiru. Guru memukul, ya sebagai siswa nya pun akan memukul balik.  

Itulah sekilas tentang arti dan peran seorang guru menurut seorang Dilan. Namun sebetulnya, arti dan peranan seorang guru jauh daripada digugu dan ditiru. Banyak sekali arti dan peranan seorang guru, sampai-sampai tidak terhitung. Karena setiap orang, ilmuan serta para ahli berbeda-beda anggapan tentang guru. Misalnya, kata Imam Al-Ghazali, seorang guru adalah sosok yang tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga bertanggung jawab atas perkembangan moral dan spiritual murid-muridnya. Selanjutnya, guru juga dianggap sebagai orang tua kedua yang memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan akhlak murid. 

Kata Ibnu Sina, guru itu merupakan fasilitator dalam proses pendidikan. Beliau menekankan pentingnya metode pengajaran yang sesuai dengan perkembangan mental dan emosional anak. Guru tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga harus memahami kebutuhan dan potensi setiap siswa. Kemudian, kalau kata Ki Hajar Dewantara (ahli pendidikan Indonesia), menurutnya guru itu sebagai "tut wuri handayani", yang berarti seorang guru harus mampu memberi dorongan dari belakang. Guru harus menjadi panutan dan memberikan bimbingan yang baik, sehingga siswa bisa berkembang secara mandiri. 

Dari berbagai macam pandangan para ahli diatas, kalian bisa mempersepsikan dan menginterpretasikan-nya secara mandiri. Mau mengimani pandangan dari Imam Al-Ghazali, atau pandangan Ibnu Sina, ataupun Ki Hajar Dewantara, ya silahkan saja. Apalagi dari ketiga pendangan tersebut kalian kolaborasikan dan jadikan sebagai pedoman pendidikan, itu akan sangat bagus dan relevan sekali. Kendati demikian, seorang guru tidak hanya menjadi guru saja yang hanya mengimani pandangan-pandangan diatas. Seorang guru-pun perlu memahami dirinya sendiri, sudah sampai mana kualitas dirinya sebagai guru? Maka daripada itu, ada tingkatan-tingkatan atau level seorang guru berdasarkan ke-profesionalitasan-nya. 

Munif Chatib, seorang pakar pendidikan di Indonesia serta penulis buku-buku populer tentang pendidikan pernah memberikan konsep serta pernyataan tentang "empat level seorang guru". Keempat ini menggambarkan tingkat kompetensi dan profesionalisme guru dalam pendidikan. Diantaranya sebagai berikur;

Medium Teacher

Guru pada level ini menjalankan tugasnya dengan tetap konsisten. Mereka cenderung fokus pada penyampaian materi pelajaran tanpa banyak berusaha untuk melibatkan atau memotivasi siswa secara mendalam. Keberhasilan mereka dalam mengajar biasanya cukup untuk mencapai tujuan akademis yang telah ditetapkan, tetapi tidak lebih dari itu. Misalnya, seorang guru kelas yang rutin mengikuti jadwal pelajaran, memberikan tugas, dan mengoreksi pekerjaan rumah tanpa menambahkan aktivitas atau variasi. Mereka memenuhi tanggung jawab mereka tetapi jarang mencari cara untuk membuat pembelajaran lebih menarik atau mengatasi kebutuhan khusus siswa.

Good Teacher

Guru di level ini lebih berkomitmen dalam mengajar. Mereka tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga berusaha untuk memahami kebutuhan dan kemampuan siswa mereka. Mereka aktiv mencari cara untuk membuat pembelajaran lebih menarik dan relevan bagi siswa. Meskipun demikian, mereka masih cenderung mengikuti metode pengajaran yang telah ada tanpa banyak inovasi. Misalnya, seorang guru yang membuat suasana kelas lebih menyenangkan dengan menggunakan berbagai metode seperti diskusi, proyek kelompok, dan kuis interaktif. Mereka memperhatikan kemajuan siswa dan memberikan umpan balik yang berguna, tetapi masih mengikuti pendekatan yang sudah umum digunakan. 

Excellent Teacher

Guru yang berada di level ini memiliki keterampilan mengajar yang baik. Mereka mampu membuat pembelajaran menjadi sangat menarik dan menginspirasi. Mereka berusaha untuk menciptakan lingkungan belajar yang posistif dan memotivasi siswa untuk mencapai potensi penuh mereka. Mereka juga aktiv dalam pengembangan profesional dan sering mencari cara-cara baru untuk meningkatkan pengajaran mereka. Misalnya, seorang guru yang sangat kreatif dalam merancang pelajaran. Mereka mengintegrasikan teknologi seperti aplikasi pendidikan dan video untuk meningkatkan pemahaman siswa. Mereka juga sering melakukan penilaian formatif untuk menilai pemahaman siswa secara terus-menerus dan menyesuaikan metode pengajaran mereka sesuai dengan umpan balik siswa. 

Great Teacher

Guru pada level ini merupakan level tertinggi dari level sebelumnya. Mereka ini tidak hanya berfokus pada pengajaran tetapi juga pada pengembangan karakter dan kehidupan siswa. Mereka memiliki dampak yang mendalam dan positif pada siswa, tidak hanya dalam hal akademis tetapi juga dalam hal pribadi dan sosial. Mereka menjadi panutan dan mentor bagi siswa, dan sering kali berperan dalam perubahan positif yang berlangsung lama dalam hidup siswa mereka. Misalnya, seorang guru yang membangun hubungan yang kuat dengan siswa dan memotivasi mereka untuk belajar dengan memberikan dukungan pribadi dan profesional. Mereka sering melibatkan siswa dalam perencanaan kegiatan kelas dan membantu mereka mengatasi masalah pribadi yang mempengaruhi pembelajaran mereka. Mereka juga berperan sebagai mentor dan memberikan bimbingan yang mendalam di luar kurikulum pelajaran. Sehingga guru ini akan menjadi inspirasi bagi siswa-siswa nya. Setiap perjalanan, proses bahkan prinsip nya pun akan dijadikan sebagai pedoman bagi siswa-siswanya dalam keberlangsungan hidup mereka, baik di dunia pendidikan maupun di dunia sosial. 

Keempat level ini kemudian menjadi pedoman para guru di Indonesia untuk menunjang serta menilai dari kualitas dan ke-profesionalitasan dari guru itu sendiri. Bahkan pernyataan Dilan pun tentang "guru itu digugu dan ditiru" ada korelasinya dengan level Great Teacher, yaitu ketika seorang guru ingin digugu dan ditiru, maka guru tersebut harus bisa menjadi inspirasi para siswa-nya. Namun tidak banyak guru yang bisa mencapai level Great Teacher ini, dikarenakan dengan kondisi pendidikan di Indonesia ini. Guru banyak sekali diberikan tuntutan untuk bisa menjadi guru yang baik, guru yang santun, guru yang berkualitas serta profesional, akan tetapi tuntutan tersebut tidak seimbang dengan apa yang didapatkan oleh guru itu sendiri, misalnya gaji yang terhitung kecil dan bahkan pernah ada kabarnya dipotong untuk kebutuhan pemerintahan Indonesia. Sehingga sebagian guru di Indonesia akhirnya berpindah profesi, ada yang menjadi pedagang, buruh serabutan, bahkan menjadi driver go-jek. Hal ini sangat disayangkan dan perlu adanya rekonstruksi dan renovasi regulasi profesi guru dan pendidikan di negara Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun