Great Teacher
Guru pada level ini merupakan level tertinggi dari level sebelumnya. Mereka ini tidak hanya berfokus pada pengajaran tetapi juga pada pengembangan karakter dan kehidupan siswa. Mereka memiliki dampak yang mendalam dan positif pada siswa, tidak hanya dalam hal akademis tetapi juga dalam hal pribadi dan sosial. Mereka menjadi panutan dan mentor bagi siswa, dan sering kali berperan dalam perubahan positif yang berlangsung lama dalam hidup siswa mereka. Misalnya, seorang guru yang membangun hubungan yang kuat dengan siswa dan memotivasi mereka untuk belajar dengan memberikan dukungan pribadi dan profesional. Mereka sering melibatkan siswa dalam perencanaan kegiatan kelas dan membantu mereka mengatasi masalah pribadi yang mempengaruhi pembelajaran mereka. Mereka juga berperan sebagai mentor dan memberikan bimbingan yang mendalam di luar kurikulum pelajaran. Sehingga guru ini akan menjadi inspirasi bagi siswa-siswa nya. Setiap perjalanan, proses bahkan prinsip nya pun akan dijadikan sebagai pedoman bagi siswa-siswanya dalam keberlangsungan hidup mereka, baik di dunia pendidikan maupun di dunia sosial.
Keempat level ini kemudian menjadi pedoman para guru di Indonesia untuk menunjang serta menilai dari kualitas dan ke-profesionalitasan dari guru itu sendiri. Bahkan pernyataan Dilan pun tentang "guru itu digugu dan ditiru" ada korelasinya dengan level Great Teacher, yaitu ketika seorang guru ingin digugu dan ditiru, maka guru tersebut harus bisa menjadi inspirasi para siswa-nya. Namun tidak banyak guru yang bisa mencapai level Great Teacher ini, dikarenakan dengan kondisi pendidikan di Indonesia ini. Guru banyak sekali diberikan tuntutan untuk bisa menjadi guru yang baik, guru yang santun, guru yang berkualitas serta profesional, akan tetapi tuntutan tersebut tidak seimbang dengan apa yang didapatkan oleh guru itu sendiri, misalnya gaji yang terhitung kecil dan bahkan pernah ada kabarnya dipotong untuk kebutuhan pemerintahan Indonesia. Sehingga sebagian guru di Indonesia akhirnya berpindah profesi, ada yang menjadi pedagang, buruh serabutan, bahkan menjadi driver go-jek. Hal ini sangat disayangkan dan perlu adanya rekonstruksi dan renovasi regulasi profesi guru dan pendidikan di negara Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H