Mohon tunggu...
Muh Alvan Saefulloh
Muh Alvan Saefulloh Mohon Tunggu... Mahasiswa - ꜱᴛᴜᴅᴇɴᴛ ᴀᴛ ᴅᴇᴘᴀʀᴛᴍᴇɴᴛ ᴏꜰ ᴘᴜʙʟɪᴄ ʀᴇʟᴀᴛɪᴏɴꜱ

ᴀᴋᴛɪᴠɪꜱ|ᴘᴜʙʟɪᴄ ꜱᴘᴇᴀᴋᴇʀ|ᴇᴅᴜᴄᴀᴛᴏʀ|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kecerdasan Buatan dan Prokrastinasi | Membedah Dampak dan Cara Mengatasinya

12 September 2024   08:10 Diperbarui: 12 September 2024   08:16 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi yang di buat oleh AI

Perkembangan di dunia teknologi dan informasi sangatlah pesat seiring dengan tumbuhnya peradaban manusia. Misalnya dengan kehadiran alat-alat canggih seperti handphone dan alat media komunikasi lainnya yang dilengkapi dengan Artificial Intelligence (AI). Kehadirannya tentu membuat kita menjadi bahagia, karena AI sangat membantu dalam pekerjaan yang bersifat digital. 

Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang diberi tugas oleh dosennya untuk membuat karya tulis, baik berupa makalah, artikel, maupun skripsi, dapat dengan mudah menggunakan teknologi AI untuk membantu menyelesaikan tugasnya. Mahasiswa tidak perlu ber-susah payah mengerjakan tugas tersebut, karena menganggap bahwa cukup dengan AI saja tugas itu akan selesai. Kegiatan yang dilakukan mahasiswa ini merupakan bagian dari pemanfaatan teknologi.

Pemanfaatan teknologi seperti AI tentu harus dikelola dengan baik, terutama bagi kita sebagai individu yang memiliki identitas sebagai mahasiswa. Tidak semua pekerjaan dan tugas yang kita dapatkan dari dosen harus dikerjakan dengan bantuan AI. Misalnya ketika kita ditugaskan untuk membuat makalah, mulai dari judul, pendahuluan, latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hingga isi pembahasan dan kesimpulan, jangan hanya mengandalkan AI. Jika demikian, lantas apa gunanya kita mempunyai otak dan akal? Mahasiswa seharusnya memenuhi kapasitas dirinya mencakup kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. 

Dengan terus-menerus menggunakan AI dalam mengerjakan tugas tanpa memanfaatkan kecerdasan dan penalaran dirinya, dampaknya adalah kecerdasan intelektual nya akan melemah dan tumpul. Akibatnya, mahasiswa tersebut akan semakin bergantung pada AI. Segala bentuk pekerjaan, tugas, dan kegiatan yang bersifat digital tidak lagi dikerjakan dengan kemampuan dirinya, melainkan hanya akan mengandalkan AI saja. Dampak yang lebih parahnya adalah timbulnya kemalasan yang tinggi, seperti malas belajar, malas membaca buku, malas mengikuti kegiatan-kegiatan positif, serta kecenderungan menunda-nunda pekerjaan.

Dalam dunia psikologi, kondisi ini merupakan tanda dari gangguan mental yang dikenal sebagai prokrastinasi. Sederhananya, prokrastinasi adalah kondisi di mana seseorang cenderung menunda-nunda pekerjaan. Salah satu penyebab timbulnya kondisi ini adalah ketergantungan yang berlebihan pada kecerdasan buatan, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. 

Kondisi ini menjadi tantangan umum yang dihadapi oleh banyak orang, terutama di kalangan mahasiswa. Pasalnya, tidak sedikit mahasiswa saat ini mengidap prokrastinasi. Hal ini terlihat dari kebiasaan mahasiswa yang mengerjakan tugas selain cenderung menggunakan AI, mereka juga seringkali mengerjakan tugas pada saat mendekati deadline atau pada saat-saat terakhir pengumpulan tugas. Bahkan ada yang sampai menggunakan jasa joki tugas.

Dampak yang ditimbulkan dari prokrastinasi perlu kita ketahui dan waspadai, terutama jika prokrastinasi itu berkepanjangan. Dampaknya antara lain dapat menimbulkan stres dan kecemasan, sehingga menyebabkan beban emosional yang berat. Pada kondisi tertentu, prokrastinasi juga dapat menyebabkan penurunan performa akademis, menurunkan kepuasan dari hasil kerja, mempengaruhi kesehatan fisik dan mental, serta menurunkan semangat dan motivasi dalam berproses, sehingga menghambat pencapaian impian dan karir. Selain itu, prokrastinasi juga dapat mempengaruhi efektivitas hubungan sosial dan menurunkan produktivitas.

Psikologi memiliki peran yang sangat penting dalam penanggulangan kondisi prokrastinasi. Untuk mengatasi hal ini, para pakar psikologi telah melakukan penelitian dan pengkajian secara mendalam. Mereka memverifikasi bahwa keadaan prokrastinasi ini dipengaruhi oleh kombinasi faktor internal (seperti pola pikir dan emosi) serta faktor eksternal (seperti tuntutan sosial dan lingkungan). Oleh karena itu, dengan menggunakan pendekatan psikologi kognitif dan psikologi sosial, para pakar psikologi menemukan strategi solutif untuk menanggulangi kondisi ini.

Melalui media massa berupa karya tulis ilmiah seperti jurnal dan website yang sudah tersebar di berbagai media kampus, penulis menemukan penjelasan dari para pakar psikologi tentang upaya penanggulangan prokrastinasi. Misalnya, di website Ma'some University dijelaskan beberapa strategi yang dapat membantu menanggulangi kondisi tersebut, antara lain:

Kesadaran Diri 

Langkah pertama untuk mengatasi prokrastinasi adalah memiliki kesadaran diri tentang kebiasaan tersebut. Misalnya, kenali pola prokrastinasi Anda, identifikasi tugas-tugas yang cenderung Anda tunda, dan pahami dampak negatif yang muncul akibatnya. Kesadaran diri ini akan membantu Anda menghadapi kebiasaan menunda-nunda dengan lebih efektif.

Membuat Rencana dan Mengatur Prioritas

Buatlah rencana yang jelas dan terstruktur untuk tugas-tugas yang perlu diselesaikan. Tentukan prioritas berdasarkan deadline dan tingkat urgensi. Mengatur prioritas membantu Anda fokus pada tugas yang paling penting dan menghindari penundaan yang tidak perlu.

Pembagian Tugas  

Tugas yang besar atau kompleks seringkali menjadi alasan untuk menunda pekerjaan. Bagi tugas tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan lebih mudah diatasi. Setelah itu, tentukan batas waktu untuk setiap bagian sehingga Anda memiliki panduan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan pada setiap tahap.

Buat Jadwal yang Teratur 

Membuat jadwal yang teratur dan konsisten membantu Anda mengalokasikan waktu secara efektif untuk belajar, mengerjakan tugas, dan melakukan kegiatan lainnya. Jadwal yang teratur membantu mencegah penundaan karena Anda memiliki waktu yang telah ditentukan untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut.

Mengenal dan Mengatasi Penyebab Prokrastinasi 

Identifikasi penyebab prokrastinasi Anda. Apakah itu kurangnya motivasi, ketakutan akan kegagalan, rasa cemas, atau tugas yang terlalu menantang? Setelah mengetahui penyebabnya, cari strategi yang sesuai untuk mengatasi masalah tersebut. Misalnya, jika motivasi menjadi masalah, temukan sumber inspirasi atau ajak teman untuk saling mendukung.

Hilangkan Gangguan dan Ciptakan Lingkungan yang Produktif

Hilangkan atau minimalisir gangguan yang dapat mengalihkan perhatian Anda, seperti ponsel, media sosial, atau televisi. Buatlah lingkungan belajar yang nyaman dan bebas dari gangguan sehingga Anda dapat fokus sepenuhnya pada tugas yang sedang dikerjakan.

Reward dan Self-Care

Berikan reward kepada diri sendiri setelah menyelesaikan tugas atau mencapai target tertentu. Reward ini dapat berupa waktu luang, hiburan, atau aktivitas yang menyenangkan. Selain itu, jangan lupakan self-care. Pastikan Anda memiliki waktu untuk beristirahat, tidur yang cukup, dan menjaga keseimbangan antara kegiatan akademik dan kegiatan lainnya.

Itulah beberapa strategi solutif dalam penanganan serta penanggulangan kondisi prokrastinasi yang penulis temukan di website Ma'some University. Namun, penulis juga menyarankan untuk menemui serta mengonsultasikan permasalahan ini kepada konselor demi membantu menemukan akar masalah dari timbulnya prokrastinasi dan membantu mengatasinya.

Kesimpulannya, dalam menghadapi perkembangan teknologi yang semakin canggih, termasuk AI, penting bagi kita untuk tetap menjaga keseimbangan antara pemanfaatan teknologi dan pengembangan kecerdasan diri. Ketergantungan yang berlebihan pada AI dapat menimbulkan prokrastinasi yang berdampak negatif pada kehidupan akademis dan kesejahteraan mental. 

Oleh karena itu, kita harus mengelola kebiasaan menunda-nunda dengan bijaksana melalui kesadaran diri, perencanaan yang baik, serta strategi-solutif yang telah dijelaskan. Selain itu, penting pula untuk selalu mencari bantuan profesional jika diperlukan agar kita dapat menghadapi tantangan ini dengan lebih efektif dan tidak terjerumus ke dalam dampak-dampak buruk yang dapat menghambat perkembangan pribadi dan karir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun