Mohon tunggu...
Nur Rakhmat
Nur Rakhmat Mohon Tunggu... Guru - Guru yang Belajar Menjadi Guru

Nur Rakhmat. Pembelajar yang belajar untuk belajar bermanfaat bagi sesama. Saat ini mengajar di SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang. Berusaha selalu aktif menulis dan memberikan kontribusi positif untuk kemajuan pendidikan. Aktif di forum dan komunitas literasi serta kepenulisan di Kota Semarang dan Jawa Tengah. Bisa dihubungi di FB Nur Rakhmat dan Nurrakhmat Blogguru Indonesia. Salam Sukses Selalu ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Karena Kita Guru, Sebuah Renungan di Hari Guru Nasional 2019

30 November 2019   09:43 Diperbarui: 30 November 2019   09:54 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena Kita Guru

(Sebuah Renungan di hari Guru Nasional)

Oleh : Nur Rakhmat

25 November adalah hari yang bermakna bagi pendidik di tanah air. Pada tanggal tersebut semua elemen masyarakat merayakan hari guru sebagai bentuk penghargaan terhadap dedikasi Sang Pahlawan Tanpa Tanda Jasa ini. Dan sebagai profesional, di usia 74 tahun perayaannya tentu banyak cerita yang membersamai Sang Guru dalam mengarungi lautan ilmu untuk kemajuan pendidikan di tanah air.

Terlebih di era milenial ini, guru dituntut harus peka terhadap paradigma perubahan dunia pendidikan di tanah air. Guru tidak boleh kagetan dengan semakin cepatnya perubahan akibat adanya pengaruh teknologi yang sangat masif menyasar semua lini kehidupan. Guru harus bisa juga menjadi guru milenial sebagai wujud adaptasi guru terhadap cepatnya perkembangan generasi milenial yang kesehariannya bergaul dengan dunia digital.

Mengapa demikian?

Karena Kita Guru

Kita guru! Benar karena kita guru, maka sudah seharusnya kita bertransformasi menjadi guru digital yang mampu dan bisa berliterasi digital dengan baik sebagai bekal guna mendidik peserta didik era digital yang semakin jauh dari kata jiwa sosial.

Kita juga harus memantaskan diri dengan kondisi siswa era milenial yang keseharian mereka sudah akrab dengan lingkungan digital sebagai gaya hidup mereka. Kita tidak perlu persis seperti mereka, namun kita wajib tahu keadaan dan peduli terhadap siswa generasi digital ini dengan harapan kita bisa menyelami kondisi peserta didik digital sehingga bisa mengarahkan dan membersamai perkembangan mereka ke arah yang lebih baik.

Karena kita guru, sudah sepantasnya pula bagi kita lebih meningkatkan profesionalisme kita dengan menjalankan tugas dan fungsi guru secara penuh tanggungjawab dan integritas optimal sebagai bekal kita dalam mendidik generasi milenial menjadi generasi yang tangguh dan mampu bersaing di era global.

Karena kita guru, sudah menjadi kewajiban kita melayani dan mengedukasi peserta didik kita dengan praktik baik. Dengan teladan yang baik yang kita contohkan dalam keseharian kita baik dalam proses pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran.

Karena kita guru, sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu bergerak dan tergerak, serta mampu menggerakkan lingkungan menjadi lebih baik, menggerakkan peserta didik menjadi pribadi yang mumpuni, pribadi yang sehat jiwa raga serta mampu menjadi penggerak pula dalam lingkungan keseharian mereka.

Lalu bagaimana cara atau langkah yang dapat dilakukan? Hemat kami ada beberapa langkah yang dapat digunakan untuk menjadi guru penggerak, menjadi guru inspiratif bagi lingkungan sekitar kita, yaitu dengan menjadi guru MUDA, yaitu guru yang Mau, Usaha, Doa dan Aplikatif.

Yang pertama adalah Mau. Guru dikatakan memiliki dedikasi tinggi adalah adanya kemauan guru untuk merubah diri, dari guru biasa saja menjadi guru luar biasa. Hal ini sangat penting sekali, karena segala perubahan apapun jenisnya, kalau dari pihak guru tidak mau berubah, maka habislah perubahan itu.

Kedua adalah Usaha. Guru dikatakan bisa dan mau berubah ke arah lebih baik, adalah adanya sikap ihtiar guru untuk berusaha mengoptimalkan segala kemampuan dan potensi yang dimilikinya untuk kepentingan perkembangan peserta didik ke arah yang lebih baik. Sehingga dengan optimalnya usaha guru, hasil yang didapat peserta didik dan guru tesebut juga akan semakin lebih baik.

Ketiga adalah doa. Doa adalah langkah kuat yang juga harus dimiliki guru dalam mendidik peserta didik. Seorang guru yang baik, tentu setiap hari hatinya tidak pernah terlepas hatinya dengan hati muridnya. Guru yang baik, juga tiada lupa mendoakan agar muridnya bisa menjadi generasi yang berbudi dan mempu menjadi abdi yang baik bagi masyarakat dan negeri.

Dan yang terakhir adalah Aplikatif. Agar pendidikan di era milenial dapat berjalan dengan baik, dibutuhkan penerapan nyata oleh guru dan siswa. Sehingga dengan adanya sikap aplikatif dalam dunia pendidikan, harapannya peserta didik milenial ini mampu menjadi pribadi yang mampu menerapkan hasil belajarnya dan mampu bermanfaat bagi sesama.

Namun, karena kita guru, kita tidak mampu bergerak sendiri untuk kemajuan negeri, dibutuhkan dukungan dan motivasi dari segala pihak, baik lingkungan sekolah, sesama guru, siswa, orang tua, masyarakat dan pemerintah agar guru bisa saling berkolaborasi, saling memotivasi untuk bergerak bersama menjadi guru merdeka yang selalu belajar dan menjadi pembelajar yang baik.

Karena kita guru, mari kita tingkatkan literasi kita agar kita sebagai guru bisa saling memotivasi untuk kemajuan pendidikan di tanah air dan tentunya dengan sikap dan kemampuan literasi yang bagus, guru bisa menghadapi tantangan di masa depan yang semakin kuat dan nyata dalam era abad revolusi industri 4.0 menyambut abad era 5.0.

Karena kita guru, dibutuhkan pula hak guru untuk mendapat gaji yang layak, perlindungan hukum, kenyamanan dalam membelajarkan peserta didik, kepastian dalam tugas dan fungsi, kesejahteraan yang pasti sehingga dalam melaksanakan tugas, kita bisa tenang dan nyaman serta tujuan Nawacita yang masuk dalam garis besar tujuan nasional pendidikan Indonesia bisa tercapai dengan optimal.

Seperti yang ternukil dalam pidato Mas Menteri Bapak Nadiem Anwar Makarim, guru harus menjadi penggerak, maka mari awali perubahan dari diri kita sendiri, dari kelas kita, dari sekolah kita, sehingga tercipta pergerakan untuk saling menghargai, saling memotivasi dan saling menginspirasi untuk kemudian mampu bergerak bersama untuk kemajuan negeri.

Karena kita guru, kita sangat butuh kepercayaan, dorongan, dukungan dari semua stake holder pendidikan, mulai dari orang tua, lingkungan, masyarakat, dan pemerintah untuk bersama sama membangun pendidikan di tanah air ini.

Karena, jika kita saling bahu membahu, saling gotong royong antar stake holder pendidikan, Tri Pusat pendidikan sebagai salah satu ide brilian Ki Hajar Dewantara, benar benar diterapkan untuk kemajuan bangsa khususnya dalam bidang pendidikan.

Maka, karena kita guru, mari bergerak bersama, saling berkolaborasi, berkomunikasi dan saling memotivasi agar mampu menjadi guru penggerak yang berjiwa muda dan mampu menggerakkan sesama untuk pendidikan Indonesia yang  lebih merdeka, dan lebih memerdekakan tentu demi Indonesia yang lebih baik.

Selamat hari Guru Nasioal, Salam Merdeka! Guru Penggerak!

*Seri Renungan dan evaluasi diri sebagai bentuk saling memotivasi demi kebaikan negeri*

Nama   : 

Nur Rakhmat,S.Pd. Guru SDN Kalibanteng Kidul 01. Kota Semarang. Hp. 081542557038..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun