Mohon tunggu...
Mas Pii
Mas Pii Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Seseorang yang belajar untuk menjadi lebih baik

Mencari ilmu di berbagai waktu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kang Pardi Naik Pesawat

3 Februari 2020   15:01 Diperbarui: 3 Februari 2020   14:56 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu wisuda akhirnya tiba

Kang Pardi akhirnya mengabulkan permohonan keluarga Haji Namto, Kang pardi akan terbang dengan burung besi untuk pertama kali.

Kang Pardi masuk pesawat, berusaha menyesuaikan diri mengikuti segala instruksi pramugari. Duduk tegak, badan bersandar dengan kursi, dipasangnya sabuk pengaman di badan, dibacanya buku panduan di sandaran kursi di depannya. Meskipun tampak tenang, tetapi tetap ada ke khawatiran dan ketakutan hal itu terlihat dari kaki Kang Pardi yang gemetaran dan keringat dingin yang mulai bercucuran. Doa perjalanan dipanjatkan, kang Pardi mohon perlindungan dan diberikan keselamatan dari awal penerbangan sampai mendarat di tujuan.

Pesawat akhirnya telah lepas landas menuju angkasa.

"Bapak sakit?" tanya penumpang sebelah kang Pardi yang melihat kaki kang Pardi gemetaran dan keringat bercucuran, padahal udara di dalam pesawat cukup dingin di badan.

"Tidak mas, saya cuma belum terbiasa naik pesawat. Ini terbang saya yang pertama kali" kang Pardi menjawab dengan jujurnya

Tampaknya penumpang sebelah kang Pardi mengerti kondisi kang Pardi.

"Wajar pak, saya pertama kali terbang juga seperti itu. Nanti Bapak juga terbiasa" jawab penumpang sebelah agar kang Pardi merasa nyaman.

45 menit setelah di udara Kang Pardi mulai beradaptasi, kebetulan dia dapat posisi duduk di sebelah jendela, dilihatnya awan-awan putih yang menggumpal bak kapas, dilihatnya laut biru dibawah yang menghampar begitu luasnya. Disitu dia merasa sangat kecil di hadapan Tuhannya, melihat begitu luas dan indahnya Ciptaan sang Kuasa.

Dalam perjalanan itu kang Pardi merenung berkata dalam hatinya, "sungguh besar ciptaanMu ya Allah, begitu luasnya angkasa, begitu luasnya samudera. Kepada pilot saja aku percayakan kemana burung besi ini pergi, apalagi kepadaMu pencipta raga ini. Wajar aku takut mati, karena aku belum punya bekal untuk menghadapMu wahai Illahi, begitu nistanya aku dengan menilai kematian dari sebuah perjalanan, karena tidurpun nyawaku bisa lepas dari badan. Hanya karena file skripsi, aku bisa pergi menjelajahi kota lain di negeri ini. Jika tanpa kehendakMu tak mungkin aku di sini.

Renungan kang Pardi akhirnya membawanya ke alam mimpi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun