Mohon tunggu...
Mas Pii
Mas Pii Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Seseorang yang belajar untuk menjadi lebih baik

Mencari ilmu di berbagai waktu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kang Pardi Naik Pesawat

3 Februari 2020   15:01 Diperbarui: 3 Februari 2020   14:56 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Anakku pernah bernazar, jika dia wisuda kelak ingin mengundang Kang Pardi. Hal itu sudah anakkku ceritakan kepada kami orang tuanya"

"lha kok saya Ji, apa istimewanya aku di mata anakmu? tanya kang Pardi Penasaran. " Ingat lho Ji aku ini sudah beranak istri?" 

"Hus ngawur kamu, anakku iku masih normal lho" jawab Pak Namto, sambil tertawa

"Kamu masih ingat, laptop anakku yang kamu perbaiki sebelum putriku kembali kuliah. Yang menurutmu kena virus itu, di situ ada file-file penting salah satunya ada file-file skripsi. Di mata anakku kamu sebagai penyelamatnya,  Anakku waktu itu berjanji jika file skripsinya kembali dia akan mengundang orang yang bisa mengembalikan file-fileny, lha untungnya kamu Di, coba orang lain apa aku gak kelabakan. Entah mengapa anakku bisa punya nazar seperti itu" Pak Namto menjelaskan duduk perkara.

"Bulan depan anakku wisuda, dan aku akan ajak kamu serta terbang ke Batam. Kabulkanlah permohonanku, jangan kecewakan anakku, jangan khawatir semua biaya aku yang tanggung, termasuk aku bayar pekerjaanmu sewaktu kamu ikut aku nanti." Pinta Pak Namto

"Bukannya aku menolak permintaanmu Ji, aku belum pernah naik pesawat lho. Jujur saja aku takut, apalagi kalau pesawatnya jatuh, mati aku. Aku masih punya keluarga Ji" kata Kang Pardi yang nampak cemas setelah mengetahui cerita dari mulut Pak Namto.

"Kamu itu kan yo bakal mati tho, kalau memang kamu ditakdirkan mati jatuh dari pesawat ya mati, kalau kamu ditakdirkan mati saat tidur, ya mati juga. Wong kamu yang agamis, kenapa sekarang jadi pesimis" timpal Pak Namto sambil memberi nasehat.

Buya Hamka pernah berkata "Lebih banyak orang menghadapi kematian diatas tempat tidur daripada orang mati di atas pesawat, tetapi kenapa lebih banyak orang yang takut mati ketika menaiki pesawat daripada orang yang takut menaiki tempat tidur"

Mendengar nasehat yang seperti ceramah seorang kyai, seakan ada angin segar yang masuk ke pikirannya.

"Baik Ji, akan saya pikirkan dan saya bicarakan dengan istriku, aku mohon pak Pamit, secepatnya aku akan memberi kabar dan semoga jawabanku tidak mengecewakan keluargamu. Assalamulaikum" Kang Pardi mohon diri

"Waalaikumsalam" jawab salam Pak Namto

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun