Dengan sigap sajadah sudah menutupi kelabang, sambil tangan kang Pardi menutup dan menekan sajadah agar si kelabang tertahan dan tidak lari. Diluar dugaan, kelabang itu lolos dan menggigit jari tengah kang Pardi.
"aduhhh..." teriak kang Pardi
Mendengar suara kang Pardi dari kamar, istri kang Pardi bergegas masuk kamar.
"Kenapa Pak tangannya, kok dipegangi?" tanya istri kang Pardi penasaran.
"Mana sapunya bu, biar kupukul kelabang itu, jariku digigit"
"Mana jari yang digigit pak, biar aku ikat agar bisanya tidak menjalar" pinta istri kang Pardi, sambil melihat jari yang luka.
Setelah jari kang Pardi diikat dengan kain sisa-sisa kain jahitan milik istrinya, kang Pardi dan istrinya memburu kelabang yang lepas tersebut.
Ruang kamar yang kecil  itu, tak luput dari pengawas mata mereka mulai kolong lemari dan kolong meja tempat televise, misi mereka si kelabang harus ditemukan dan mendapatkan hukuman.
Akhirnya, terlihatlah kelabang itu berdiam diri.
"Bu, ambil kayu dan ibu jaga pakai sapu, jangan sampai kelabang itu lari lagi!" perintah kang Pardi pada istrinya untuk berjaga.
"Prak...prak..."suara kayu berbenturan dengan lantai menghujam kelabang naas tersebut.