Mohon tunggu...
Marzuki Wardi
Marzuki Wardi Mohon Tunggu... Guru - Santai

Lahir di Sintung, 15 Juni 1986. Disamping menjadi seorang guru SMP, juga menjadi penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Keluarga, (Budaya) Literasi, dan Masa Depan Bangsa

30 September 2019   22:52 Diperbarui: 30 September 2019   23:05 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai unit terkecil dalam sebuah negara, salah satu fungsi keluarga menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BkkbN) adalah fungsi sosialisasi dan pendidikan. Keluarga diharapkan dapat melahirkan generasi yang cerdas dan tanggap terhadap perkembangan zaman. Oleh karena itu, peran keluarga dalam hal ini bisa menjadi pijakan awal dalam membentuk (calon) penulis. Tugas orang tua adalah menciptakan kondisi lingkungan keluarga yang memungkinkan tercapainya hal itu. Salah satunya dapat dilakukan dengan menghidupkan literasi keluarga.

Literasi keluarga bisa dimulai dengan membangun literasi inti (basic literacy). Literasi ini mengacu pada pembelajaran bagaimana cara membaca, cara menulis, dan bagaimana melakukan tugas penghitungan sederhana yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.[3] Dengan menerapkan literasi ini, daya dan kebiasaan membaca anak akan terbentuk sejak dini. Sehingga ia akan memiliki bekal awal untuk menjadi seorang penulis.   

Pertanyaannya, apakah dengan menghidupkan literasi keluarga, berarti kita harus mencetak anak hanya untuk menjadi seorang penulis? Literasi keluarga bermaksud untuk membekali awal (stepping stone) anak untuk menjadi penulis. Dalam rangka keberlangsungan kiprah penulis Indonesia pada festival buku dunia, kita perlu menjembatani lahirnya penulis-penulis baru. Sehingga masa depan (peradaban) bangsa Indonesia semakin terus cemerlang.

Persoalan apakah kelak seorang anak ingin menjadi penulis atau tidak adalah pilihan dirinya sendiri. Lagi pula, kegiatan literasi dapat membentuk kemajuan berpikir. Bukankah kemajuan berpikir (SDM) adalah indikator kemajuan suatu bangsa? Kita harus ingat bahwa negara kita menjadi salah satu negara dengan kualitas membaca rendah di dunia. 

Oleh karenanya, berkaca dari pengalaman itu, kita perlu meningkatkan kualitas membaca generasi kita sejak dini dengan menghidupkan literasi keluarga.

 

Lombok Tengah, ditulis pada 30 September 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun