Mohon tunggu...
Marzuki Umar
Marzuki Umar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe

Penulis adalah Dosen STIKes Muhamadiyah Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Etika Berkendara Semakin Bobrok, Betulkah?

20 Februari 2024   23:02 Diperbarui: 20 Februari 2024   23:41 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumen Pribadi

Jadi, sebenarnya semua lampu tersebut memiliki fungsinya masing-masing sesuai kebutuhannya. Cuma saja penggunanya ini yang kurang atau tidak memanfaatkan secara tepat guna, sehingga dapat membuat orang lain berdosa karenanya.

Parkiran Tak Menentu

Setiap perjalanan membutuhkan perhentian atau peristirahatan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan pada saat itu. Untuk kepentingan sesaat, maka sepeda motor atau mobil tentu butuh perhentian, sedangkan untuk peristirahatan atau kepentingan yang agak lama ini membutuhkan parkiran. Baik untuk berhenti dan parkir tentu membutuhkan tempat yang strategis untuk kepentingan tersebut. Para pengendara perlu memperhatikan tempat yang cocok untuk kedua maksud itu. 

Bila hal tersebut dapat dilakukan dengan tepat, maka itu menunjukkan etika berkendara sangat diindahkan dengan baik. Akan tetapi, dalam kenyataan sehari-hari kondisi ini sangat memprihatikan. Sebagian pengendara baik pengendara sepeda motor maupun sopir mobil, menghentikan kendaraannya itu sesuka hatinya. Kadang saat berjalan, pas dekat tikungan ingin membeli penganan atau kue, saat itu pula terus berhenti di tikungan tersebut tanpa memikirkan untuk kendaraan lain yang akan melewati tikungan tersebut. 

Kesimpulan

Kendaraan memang suatu kebutuhan. Sementara perjalanan ada yang termasuk kebutuhan dan ada yang termasuk kepentingan, sedangkan prasarana lalu lintas jalan adalah milik bersama. Penggunaan prasarana jalan tanpa etika sangat berbahaya, baik untuk diri pengendara maupun bagi pihak lainnya, yang sama-sama memanfaatkan jasa jalan. 

Ini baru sebagian kecil barangkali yang digambarkan. Mungkin masih banyak perilaku demoralisasi berkendara lainnya yang kian terjadi di lapangan. Bila hal ini semakin menjadi-jadi, apa gunanya jalan itu dibangun sedemikian rupa. Bukannya bertambah bahagia tapi malah bertambah celaka atas kenistaan yang dilakonkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. 

Semoga...! 

Penulis adalah: Dosen STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun