Mohon tunggu...
Marzuki Umar
Marzuki Umar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe

Penulis adalah Dosen STIKes Muhamadiyah Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Etika Berkendara Semakin Bobrok, Betulkah?

20 Februari 2024   23:02 Diperbarui: 20 Februari 2024   23:41 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguhpun hal tersebut dilakukan oleh sebagian pengendara, tapi etika berkendara yang depresi itu akan dapat berakibat fatal, yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Kendaraan rusak, tubuh luka-luka, tulang patah, bahkan ada yang sampai-sampai meninggal dunia. Hal-hal seperti ini dianggap remeh tanpa memperhitungkan laba-rugi terhadap kelakuannya itu. 

Lalu..., mengapa hal itu bisa terjadi? Kebobrokan apa saja yang diperlakukan oleh pengendara di jalan raya? Kiranya, tindakan brutal di dalam mengendarai mobil atau motor tidak dapat dipungkiri. Hal itu ada kalanya bukan saja dilakukan oleh para anak atau remaja yang darahnya masih hangat serta memiliki prinsip "biar cepat asal selamat", tapi hal dimaksud ada kala dilakukan oleh orang dewasa yang memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas. Untuk menguliti hal-hal tersebut, uraian berikut akan dapat mendeskripsikan komplikasi yang terjadi di jalan raya. 

Tidak Menggunakan Safety Reading

Dalam peraturan berlalu lintas di jalan raya, safety reading yang lengkap merupakan kewajiban utama yang wajib dipatuhi oleh pengendara, baik pengendara motor maupun mobil. Dengan adanya safety reading tersebut, maka perjalanan yang ditempuh ke mana saja tidak terhambat. Hal inilah yang terjadi di lapangan. Sebagian pengendara mengabaikan safety reading. Hal yang paling kentara adalah SIM tidak ada atau sudah ex payed. Begitu juga helm enggan digunakan. 

Sama-sama kita maklumi bahwa masa berlaku SIM itu 5 tahun sekali membuatnya, tapi itu juga secara umum terutama pengendara motor tidak memilikinya. Padahal, jika kita kaji secara mendalam, bila saat ini biaya pembuatan SIM C 350 ribu rupiah atau 400 ribu rupiah, maka bila dibagi 5 hanya 70 ribu atau 80 ribu dalam setahun. Bahkan, bila kita bagi lagi dengan 365 hari per tahun, maka biaya pembuatannya berkisar 191 ribu rupiah atau 219 ribu rupiah per hari. Persis harga permen bukan? Harga motor jutaan atau puluhan juta sanggup dibeli, SIM tidak dipeduli. 

Begitu pula dengan helm. Secara umum enggan menggunakannya di saat berkendara. Seakan-akan helm ini adalah hak pihak keamanan saja yang harus menggunakannya. Atau, menggunakan helm saat melintasi jalur yang memiliki pos lalu lintas saja, jika ke arah lain tidak digunakan sama sekali walaupun helmnya ada. 

Untuk diketahui, helm itu sebenarnya untuk kita sendiri sebagai pengendara sepeda motor. Muka dan kepala bisa terjaga dari angin, bahkan jika jatuh pun kepala bisa terbendung dari kerikil atau batu dan lain-lain. Demikian juga dengan mata, yang dalam perjalanan kena debu dan binatang-binatang kecil yang tidak bisa kita hindari. Justru itu semua tidak menjadi perhitungan bagi sosok yang depresinya telah membaja dalam jiwanya. Helm itu jadi ribet baginya. Jika sudah kejadian baru menyesal. Tak ada gunanya bukan? 

Menerobos Lampu Merah

Merah-kuning-hijau merupakan suatu keunikan tersendiri dalam rambu-rambu lalu lintas, terutama di area persimpangan. Diharapkan dengan adanya tanda-tanda lampu tersebut, para pengendara akan mudah mengendalikan kendaraannya. Konon lagi di kawasan-kawasan tertentu dan waktu-waktu tertentu yang jalannya padat, tanda-tanda lampu tersebut akan memberi acuan yang tepat karena dari jauh sudah tampak. 

Itu juga yang menjadi bulan-bulanan, seolah-olah lampu tersebut hanya sebatas hiasan tiang belaka. Para pengendara tidak segan-segan menerobos di saat lampu merah menyala. Sekalipun itu mengisyaratkan pengendara harus berhenti sejenak, namun dengan tekad yang luar biasa terus berlalu sesuai dengan keinginannya tanpa memperhatikan para pengendara yang lain. Padahal, disadari atau tidak, dirinya telah menunjukkan sikap yang buruk di dalam menggunakan jalan umum/raya kala itu. 

Berani Melawan Arah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun